32 ⩩ PERTANDA BURUK

219 24 0
                                    

"Jangan pernah menganggap remeh segala hal yang terjadi padamu. Karena sesungguhnya hal kecil itu tanpa disangka memiliki makna yang besar dibalik itu semua."

❍⊷⊷❍

Penantian mereka terbayar sudah. Hari ini adalah hari terakhir bagi Vea dan para sahabat-sahabatnya melaksanakan ujian nasional yang akan menentukan puncak perjuangan mereka selama tiga tahun mengabdi di sekolah ini.

Sesuai kesepakatan mereka, beberapa hari yang lalu. Mulai siang ini mereka akan melakukan perjalanan menuju hutan Mantingan tempat dimana segala masalah itu bermula. Saat ini mereka sudah berkumpul di rumah Vea.

Namun, salah seorang dari mereka tidak bisa ikut karena ia masih mempunyai urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Karena petualangan mereka ini masih belum tentu titik akhirnya, maka ia memutuskan untuk tidak ikut serta.

"Maafin gue, bukannya gue nggak bersedia untuk membantu kalian, tapi gue masih ada urusan diluar kota atas perintah bokap gue," ucap Fatan merasa bersalah kepada sahabat-sahabatnya.

Virga menepuk pundak kekar Fatan. "It's okay, Bro. Lo fokus aja ngurusin perusahaan bokap lo dan cukup doain kita."

Mereka semua mengangguk setuju dengan ucapan Virga. Hal itu membuat rasa bersalah di hati Fatan sedikit terobati.

Fatan mengangguk, kemudian menghampiri Vea dan memeluknya erat. "Abang tunggu kepulangan adek cantiknya Abang. Hati-hati ya Ve, semoga semua masalah ini lekas berakhir dan kita bisa hidup damai seperti dulu lagi."

Vea membalas pelukan itu tak kalah erat. Ia sungguh beruntung memiliki dua kakak dan sahabat-sahabat yang sangat baik kepadanya.

"Terima kasih Bang Fatan, gue doain semoga Abang juga sehat-sehat di sini, jangan lupa, pantau juga keadaan mami sama papi ya. Karena bagaimanapun juga Vea sayang sama mereka. Dan Vea gak benci ke mereka kok, cuma kecewa aja," ucap Vea setengah berbisik dan diakhiri kekehan di akhir kalimatnya. Fatan hanya mengangguk pertanda menyetujui permintaan Vea.

"Ayo, Ve! Kita harus segera berangkat sebelum keburu sore," panggil Virga yang sudah nangkring di dalam mobil bersama dengan sahabat-sahabatnya.

"Bang, Vea pamit dulu ya, bye!" ucap Vea dan dibalas anggukan dari Fatan.

"Kalian hati-hati," ucapnya seraya menatap kepergian mobil itu dengan perasaan sedikit khawatir.

Fatan menghela napas berat. "Semoga kalian kembali dengan selamat."

Hari sudah mulai gelap, akan tetapi mobil yang dikendarai oleh Virga dan sahabat-sahabatnya masih belum tiba ditempat tujuan. Suasana di dalam mobil terbilang cukup hening karena mereka sudah mulai memasuki kawasan hutan lintas yang sangat gelap dan tidak ada dilalui oleh kendaraan umum.

Virga yang tengah asyik menyetir dengan Reza di sampingnya. Sedangkan Gavin sudah tertidur di jok mobil belakang dan Vea serta kedua sahabat perempuannya duduk di depan jok tempat Gavin tertidur.

Virga melirik jam tangannya, sudah jam enam lewat lima belas menit. Virga berniat berhenti di suatu tempat untuk beristirahat karena sudah merasa lapar, begitupun juga mungkin dengan para sahabatnya yang lain.

Belum sempat Virga menepikan mobilnya, cekikan kuat sudah mencengkram lehernya dari arah belakang.

Uhuk ....
Uhuk ....

Virga terbatuk-batuk karena merasakan cekikan itu semakin kuat. Laju mobilnya tidak stabil lagi, membuat Reza, Gavin, Aster dan Fara yang tertidur langsung terbangun.

"Ve, lo kenapa?" pekik Aster dan Fara hampir bersamaan. Mereka mencoba menarik tangan Vea yang sedang mencekik leher abangnya sendiri.

"Ini bukan Vea, dia kerasukan," ucap Reza melihat aura negatif dari tatapan mata Vea. Gavin merinding mendengar ucapan Reza.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang