40 ⩩ KESEMPATAN

207 24 2
                                    

Disaat yang menegangkan kita baru menyadari bahwa setiap detiknya sangatlah berharga untuk menyelamatkan diri.

❍⊷⊷❍

Mampus gue. Kapan ratu itu bisa lengah? Serem banget mukanya anjir. Siapapun tolong gue! teriak Virga dalam hatinya.

Nyi Ratu Kendal yang sangat marah itu mengarahkan telapak tangannya. Nyi Ratu Kendal menggunakan kekuatan dalamnya untuk memberi pelajaran pada Virga yang telah menendangnya.

Saat kekuatan itu mulai keluar dari telapak tangannya, Vea membulatkan kedua matanya. "ABANG!"

Vea menutup kedua matanya, tidak sanggup melihat abangnya yang diserang seperti itu.

Virga berguling dan berhasil menghindar dari serangan Nyi Ratu Kendal. Virga bernapas lega. Virga menatap ke selangkangannya. Astaga! Jangan sekarang!

Virga berusaha menahan sesuatu yang ingin keluar. Memalukan jika ia tertangkap basah ketakutan sampai mengompol.

"KAU!" Teriakan sang ratu yang menggelar itu membuat Virga menelan ludahnya susah payah.

Semoga Abang baik-baik aja, gumam Vea dalam hatinya. Vea menggerakkan tubuhnya berusaha melepaskan lilitan benang di tubuhnya.

Vea terdiam ketika merasakan sebuah tangan memegang benang di tubuhnya. Vea meneguk ludahnya kasar.

"AA---" Pekikan Vea dengan mata tertutup itu terpotong ketika sebuah tangan membekap mulutnya.

"Sstt, ini gue Reza sama Fara," bisik Reza sembari melepas bekapannya pada mulut Vea.

Vea membuka matanya perlahan. Matanya langsung tertuju pada Virga yang terus diserang oleh Nyi Ratu Kendal.

"Kalian tolong bantu Bang Virga, gue gak tega lihat dia begitu," ucap Vea panik. Fara memegang pundak Vea lembut.

"Lo tenang aja, Gavin sama Aster keluar nyari pertolongan," ucap Fara sambil menatap Reza. Fara dan Reza mengangguk dan mereka berusaha melepaskan benang yang melilit di tubuh Vea.

"Rez, Far, Gavin sama Aster pasti lama. Kasian Bang Virga," ucap Vea. Sesekali tubuhnya menegang ketika serangan Nyi Ratu Kendal hampir mengenai tubuh Virga.

"Lo harus lepas dulu, Ve. Kalo kita gak bisa nolongin Bang Virga, lo bisa bantu," ucap Reza sembari menggigit benang dengan giginya.

Vea menatap David yang tengah berdiri di belakang Nyi Ratu Kendal. Vea geram. Arsyad bego! Daripada lo diem doang mending tolongin abang gue!

David merasa terpanggil menoleh pada Vea.  Matanya mengernyit kala melihat Fara dan Reza berada di sana sambil berusaha melepaskan benang itu dari Vea.

Arsyad? Lo cuma ngelihatin gue doang gitu?! gerutu Vea dalam hati.

David tersenyum miring. "Bodoh," ucap David tanpa suara. Vea yang bisa menangkap ucapan David membulatkan matanya antara kesal dan kecewa akan pengkhianatan David padanya.

Fara merogoh saku bajunya dan menemukan sebuah pemotong kuku. "Gak sia-sia juga gue bawa ini kemana-mana," gumam Fara.

Fara dengan cekatan memotong benang itu tapi benang itu tak kunjung lepas seluruhnya dari tubuh Vea.

"Gila, ini diikat berapa kali sampai susah bener lepasnya," gumam Fara. Ia berhenti sejenak, tangannya terasa lelah.

Reza mengusap mulutnya, air liurnya menetes saat menggigit benang itu. "Gigi gue bisa rusak kalo gak habis-habisan ini benang," gumam Reza.

"Lagian lo bego, ngapain lo gigit. Coba pakai itu resleting jaket lo," ucap Fara. Reza menatap tubuhnya.

Reza menyengir dan menepuk jidatnya. "Gue lupa kalau pakai jaket," balas Reza. Reza melepaskan jaketnya dan menggesekkan resleting itu pada benang di tubuh Vea.

Nyi Ratu Kendal berhenti menyerang Virga. Melihat itu pun, Reza dan Fara segera kembali pada posisi semula pura-pura terbaring lemah seolah tak lagi bernyawa.

Nyi Ratu Kendal melihat sekeliling lalu menatap David di belakangnya. "Kenapa kau diam saja?!"

Tubuh David bergetar hebat ketika tatapan tajam sang ratu bertabrakan dengan matanya. "M-maaf, Ratu," ucap David terbata-bata.

Nyi Ratu Kendal berdecih. "Kau tidak lihat kedua teman gadis itu tidak ada di sini?! Kau membiarkannya begitu saja, dasar lalai!"

David hanya bisa menunduk. "Kau tidak berniat mencari mereka?!" teriak Nyi Ratu Kendal semakin murka.

David akhirnya mendongak. "M-maaf Ratu, aku pergi," ucap David lalu menghilang dari hadapan Nyi Ratu Kendal.

"Dasar tidak berguna!" gumam Nyi Ratu Kendal.

Sedangkan di sisi lain, Gavin dan Aster terus berlari menyusuri hutan. "Gelap banget, Gavin! Lo yakin kita gak tersesat, kan?" tanya Aster pada Gavin yang menarik tangannya.

Gavin menggeleng. "Gue gak tau, gue juga sama kayak lo gak kelihatan apa-apa selain hutan belantara," balas Gavin yang terus berlari.

"Aw!" Aster meringis kala ia terjatuh dan pegangan tangan mereka terlepas.

"Hati-hati, dong Ast! Kita gak bisa lama-lama! Gimana sama Vea, bang Virga, Reza sama Fara di sana?!" gertak Gavin.

Meski begitu, Gavin tetap membantu Aster berdiri. "Gue gak bisa lari, Gavin. Kaki gue sakit," ucap Aster sambil memegang lututnya yang sakit.

Gavin segera berjongkok di depan Aster. "Ayo!" ucap Gavin saat melihat Aster hanya diam.

"Ntar lo kecapean. Kita gak ada bawa min---" Ucapan Aster terhenti ketika tangan Gavin menarik tangannya.

"Gak usah banyak omong, cepetan! Mereka masih di dalam gua butuh kita, Ast!" ucap Gavin meyakinkan Aster.

Aster mulai menaiki punggung Gavin. "Maaf," ucap Aster yang dijawab deheman singkat dari Gavin.

Gavin berusaha berlari dengan langkah kecil. Tubuh Aster berat dan ia juga tidak membawa penerangan.

"Tolong, sambil lihat sekeliling kalau lo nemu pedesaan atau cahaya mobil yang lewat di jalanan," ucap Gavin. Aster mengangguk.

"Gavin ... itu ... jangan-jangan makhluk-makhluk itu yang dimak---" Ucapan Aster lagi-lagi terhenti ketika Gavin segera menambahkan kecepatan berlarinya.

Jika sampai makhluk-makhluk yang lewat di sini mengetahui keberadaan mereka, Nyi Ratu Kendal pasti dengan mudah menemukan mereka.

Gavin dan Aster tidak ingin mati sekarang. Mereka harus selamat untuk menemukan bantuan agar ketiga teman mereka di dalam sana bisa ikut selamat.

"Gavin! Itu jalan raya, bukan?! Banyak mobil lewat, tuh!" ucap Aster semangat. Gavin dengan segera berlari menuju arah yang ditunjuk oleh Aster.

Mereka melihat sebuah mobil terparkir di sana yang mereka yakini adalah mobil Virga. Itu artinya, sebentar lagi mereka akan sampai di jalan raya.

"Vin, lo kalo capek istirahat aja dulu, jangan dipaksa," ucap Aster yang bagaikan angin lalu bagi Gavin.

"Vin! Kalo lo gak mau gue turun aja!" Mendengar itu, Gavin berhenti.

"Kita gak bisa ngulur waktu lagi, ngerti?! Lo kalo mau turun ya turun aja. Kalo lo tersesat di sini jangan salahin gue. Salahin kaki lo yang gak bisa lari," ucap Gavin sembari jongkok mengantisipasi siapa tau Aster memang ingin turun.

Aster mengeratkan pegangannya di tubuh Gavin. "Gue ... gak mau tersesat ...," lirih Aster. Gavin memutar bola matanya.

"Yaudah diem. Gak usah bawel," balas Gavin lalu melanjutkan larinya.

❍⊷TO BE CONTINUED⊷❍

What will happen after this? Comment!

kolaborasi w//LinaFitriSyafa883
pembimbing Mutia_aya

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang