"Bolehkah aku percaya sejenak, bahwa dendam berkedok cinta itu benar-benar ada?"
❍⊷⊷❍
S
udah dari kemarin Vea mengurung diri di dalam kamarnya. Ia menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut tebal bergambar animasi Doraemon kartun favoritnya.
Seperti sekarang ini ia enggan beranjak dari ranjangnya padahal hari sudah pagi.
Membuat Virga sang kakak khawatir dan menyusul adiknya ke kamar tersebut."Ternyata tidak dikunci." Monolog Virga saat memutar knop pintu kamar adiknya yang sudah terbuka lebar itu.
"Masih ngebo aja nih anak, nggak mau sekolah emang," omel Virga berkacak pinggang menatap ranjang adiknya yang masih berisi Vea diatasnya meringkuk di dalam selimut tebalnya.
Virga masuk ke dalam kamar adiknya dengan hati-hati. Ia pun berdecak kesal saat melihat Vea masih setia meringkuk seperti kepompong di dalam selimut tebalnya.
"Hey, bangun lo Ve! Udah hampir siang nih, ntar telat ke sekolah," ucap Virga setengah berteriak sambil mengguncang-guncangkan tubuh Vea, membuat tidur pulas gadis itu sedikit terusik.
"Eunghh ...," lenguh Vea lalu membuka sedikit kelopak matanya yang terasa berat itu.
"Bangun lo, Dek! Sekolah sono!" ujar Virga yang tengah menyibak gorden kamar adiknya itu.
"Hm." Dehem Vea masih dengan kesadaran yang belum terkumpul.
"Lo kenapa, Ve?" tanya Virga heran.
Tentu saja respon Vea yang demikian membuat Virga merasa sedikit aneh. Biasanya Vea akan langsung mengomelinya jika dirinya sudah membangunkannya seperti ini, tapi pagi ini berbeda, Vea menjadi lebih kalem. Buktinya, sejak tadi Virga berceloteh panjang tapi gadis itu hanya membalasnya dengan deheman.
Vea hanya menggeleng samar. Lalu, beringsut dengan perlahan dari ranjangnya. Gadis itu sedari tadi menundukkan kepalanya di hadapan Virga, sehingga pria itu menatap aneh pada adiknya, karena baru kali ini Vea menunduk seperti ini. Karena pertanyaan terus bergelut dipikirannya, Virga berniat menghampiri adiknya.
Namun, niatnya itu terpaksa ia urungkan karena Vea sudah terlebih dahulu menutup pintu toilet dengan sedikit kasar, hingga mengeluarkan bunyi yang keras membuat Virga berjengkit kaget.
"Ve, lo kenapa lagi dah?!" tanya Virga menggedor-gedor pintu toilet yang sudah terkunci rapat itu.
"Lo duluan aja ke bawah, Bang! Berisik amat," ujar Vea berteriak karena ia terlebih dahulu menyalakan shower hingga suara airnya terdengar sangat deras.
Karena mendengar respon adiknya yang demikian, membuat Virga sedikit merasa lega karena adiknya masih bisa mengumpatinya. Untung saja tidak ada terjadi apa-apa kepada adiknya itu, bahkan tadi Virga Sempat berpikir bahwa Vea sedang kesurupan jin kalem.
Sebelum dia berpikir yang tidak-tidak dan malah membuat adiknya semakin kesal, Virga langsung melesat keluar dari kamar adiknya.
"GUE TUNGGU LO DI BAWAH, VE!" teriak Virga keras kemudian langsung melesat keluar dari kamar Vea.
Sedangkan saat ini Vea menatap pantulan wajahnya yang acak-acakan di cermin toilet. Ia sesekali membasuh wajahnya dengan air dingin itu, berharap bengkak dan kantung besar dan hitam dimatanya itu segera lenyap. Keadaannya saat ini sangat kacau, bukan hanya penampilan luarnya saja tapi batinnya juga sedang berantakan saat ini.
"KENAPA HARUS GUE?! KENAPA?!" Vea berteriak histeris dan memukuli dadanya yang terasa sesak.
Ia menumpahkan segala tangisannya di bawah shower yang menyala. Perlahan ia meraba area sekitar lehernya, dan terdapat kalung yang sudah menyebabkan segala masalah dalam hidupnya di sana. Ia mulai geram dan menaruk-narik kalung itu dengan brutal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...