31 ⩩ TEKA-TEKI

227 25 2
                                    

"Rimba tertinggal bukan berarti mati. Mata buta, kaki sesat, nadi terpotong belati hitam."

❍⊷⊷❍

Seminggu sudah berlalu semenjak pengakuan David dan Vea tentang fakta kalung itu. Saat ini mereka sedang berkumpul pada salah satu cafetaria ternama di kota Blora. Mereka terlihat canggung satu sama lain. Apalagi tidak ada si pembuat onar di antara mereka saat ini.

"Gavin, masih sakit ya?" tanya Vea dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Belakangan ini sosok Vea yang bar-bar tidak terlihat lagi, ia sekarang lebih sensitif dari biasanya. Jika ada sesuatu yang dapat menyentuh perasaannya maka tak segan-segan dia akan menangis seperti sekarang.

"Udah Ve, dia cuma shock aja," sahut Fara sambil melirik Virga sekilas yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Pasti dia benci sama gue dan bang Virga, karena penyebabnya adalah kami," rutuk Vea lagi.

"Enggak, Ve. Tadi Gavin sendiri yang bilang kalau dia enggak marah sama siapa pun," sahut Reza. Apa yang dikatakannya memang fakta, bukan sekedar hanya untuk menghibur gadis itu.

Tadi Reza sempat membesuk Gavin ke rumahnya. Saat Reza mengatakan mereka akan membahas tentang cara untuk membebaskan Vea dari belenggu kalung itu, ia sempat ingin ikut. Namun, karena melihat kondisinya yang masih terbilang belum cukup baik, Reza segera mencegahnya dengan syarat, apapun keputusan mereka harus diberi tahu padanya seakurat mungkin.

Ya, sebenarnya Gavin sudah tahu semua tentang Vea dan David karena Reza, Aster dan Fara sudah menjelaskan kepadanya. Awalnya ia merasa marah dengan David karena tiga hal, yang pertama pria itu menggunakan cara licik untuk keegoisannya. Kedua, ia sudah memanfaatkan Vea, dan yang ketiga karena dirinyalah ia sampai sakit seperti ini. Karena kekesalannya, Gavin menjuluki David sebagai 'Dedemit menyebalkan.'

Vea mendengus pelan, membuat Virga langsung menoleh kearah adiknya dan mengusap puncak kepala adiknya dengan sayang. "Jangan terlalu dipikirkan, kalau lo masih khawatir, suruh aja mereka telepon remahan rengginang itu."

Vea mencubit pinggang abangnya, membuat pria itu terkekeh geli.

"Abang jangan panggil Gavin gitu dong, kasihan dia!"

Melihat raut wajah menggemaskan dari Vea membuat hati Reza menghangat. Sudah lama ia tidak melihat Vea dengan tingkah manjanya.

Sementara dari kejauhan, David dengan susah payah menahan emosinya karena melihat seorang pria menatap gadisnya dengan tatapan memuja.
Takut tidak dapat mengontrol emosi, ia langsung menghilang seiringan dengan hembusan angin.

"So, apa yang harus kita lakuin buat lo, agar kalung ini lepas dari lo selamanya?" tanya Fara membuat atmosfer di sekitar cafetaria yang ramai itu menjadi sedikit mencekam.

"Iya Ve, kita nggak mau lo sampai kenapa-kenapa karena kalung ini," sahut Reza dengan raut khawatir.

Vea hanya diam, tatapannya terlihat menerawang ke depan sana. Ia masih belum yakin untuk melibatkan kakak dan para sahabat-sahabatnya ke dalam masalah ini. Namun, seperti yang dijelaskan oleh David beberapa waktu yang lalu. Membuat Vea berada di ambang kebimbangan sekarang.

Flashback On

Vea merasa bersalah kepada Virga dan sahabat-sahabatnya karena kejadian beberapa jam yang lalu. Setelah Vea renungkan, keputusannya untuk mengatakan segala kebenaran itu kepada para sahabatnya itu adalah sebuah kesalahan. Ia merutuki kebodohannya sendiri karena telah bertindak tanpa memikirkan resikonya kemudian hari.

Namun, si David cenayang yang sayangnya tampan itu mengatakan bahwa Vea tidak salah mengatakan semua kebenaran ini kepada Abang dan juga sahabat-sahabatnya.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang