"Jangan salahkan hantu jika kau merasa ketakutan saat melihat wujud aslinya."
❍⊷⊷❍
"
"BANG VIRGA!" teriak Vea dari kamarnya yang didengar jelas oleh Virga dari dapur. Ia terpaksa menghentikan aktivitasnya yang sedang menyiapkan roti bakar untuk sarapannya bersama Vea.
"Apa sih, Dek? Masih pagi udah teriak-teriak aja lo," omel Virga ketika memasuki kamar adiknya.
Vea menatap Virga dengan tajam seraya melipat tangan di depan dada.
"Bang, buku tugas gue sama buku mata pelajaran hari ini dimana?" tanya Vea dengan nada sinis.
Virga mendelik. "Buku tugas? Perasaan gue nggak ada megang buku lo tuh."
"Yang benar aja lo, Bang. Tadi malam buku gue masih ada di sini. Kalau bukan lo siapa lagi," kesal Vea sambil menunjuk meja belajarnya.
"Beneran loh Ve, mungkin ada di tas sekolah lo, coba cek!" suruh Virga.
"Nggak mungkin disitu, tadi malam gue nggak ada beresin buku gue ke dalam tas," omel Vea sambil mencak-mencak tidak jelas.
"Cek aja dulu, Dek. Siapa tau lo lupa tadi malam," ucap Virga sabar.
"Oke, oke. Tapi kalo nggak ada awas lo, Bang!" ancam Vea.
Vea pun berjalan menuju tempat gantungan tas sekolahnya. Ia membuka resleting tasnya dan langsung membelalakkan matanya.
"Eh, kok bisa ada di sini sih bukunya. Seingat gue tadi malam nggak ada gue beresin buku."
"Tuh kan, makanya kalo cari barang-barang itu pake mata, jangan pake mulut," ucap Virga yang menyadari sifat bar-bar adiknya itu.
"Tapi kalo bukan lo yang beresin, terus siapa dong?" tanya Vea sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hantu kali, udahlah ayo turun, kita sarapan ntar telat," final Virga kemudian langsung keluar dari kamar Vea.
"Hantu? Apa hantu jelek itu ya? Ah, nggak mungkinlah, dia kan hantu yang paling rese sedunia. Mana mau dia bantuin gue kayak gitu, yang ada dia selalu ganggu hidup gue," monolog Vea dan meraih tasnya kemudian pergi ke bawah untuk menyusul Virga di meja makan.
"Udah? Ayo sarapan!" ajak Virga kemudian mengambil dua potong roti dan mengoleskannya menggunakan selai cokelat kacang kesukaan Vea.
"Nih makan!" suruh Virga seraya memberikan piring berisi roti dan segelas susu di hadapan Vea.
"Oke, lo nggak sarapan, Bang?" tanya Vea ketika melihat Virga memainkan ponselnya bukannya sarapan seperti dirinya.
"Gue udah sarapan tadi, kelamaan sih lo datangnya, makanya gue sarapan duluan," omel Virga masih memainkan ponselnya.
"Ish, bawel banget," gerutu Vea mendengar respon Virga yang kelewat bawel menurutnya, lalu ia melanjutkan acara sarapannya dengan setengah hati.
Mobil lamborghini Virga sudah melesat di depan gerbang sekolah Vea. Kemudian Vea keluar dari dalam mobil di susul oleh Virga.
"Nanti pulang sekolah mau dijemput atau pulang sendiri?" tanya Virga.
"Jemput lah, ogah naik taksi nanti uang saku gue habis," ucap Vea dengan ekspresi cemberut, karena ia masih kesal dengan Virga.
"Ngerepotin banget sih," canda Virga diselingi kekehan.
"Salah siapa yang nggak izinin gue nyetir, padahal umur gue udah tujuh belas tahun," jawab Vea sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...