Bagian XI

1.3K 248 62
                                    

Aureen.

"Ih, dibajak siapa nih snapgram gue?!" teriak gue ditengah rumah, satu hari sebelum hari dimana gue dan Gara akan pergi bareng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ih, dibajak siapa nih snapgram gue?!" teriak gue ditengah rumah, satu hari sebelum hari dimana gue dan Gara akan pergi bareng. Anak-anak Pet Society Club kumpul dirumah Raina. Tentu dong, siapa yang nolak kalau ada acara makan gratis ditambah lagi ada bayik yang lucu?

"Bukan gue sumpah!" jawab Kinan dari arah dapur, disambut dengan Sania, "Lo gitu ih suka gak ngaku,"

"Ih sumpah bukan," kata Kinan lagi. Padahalmah gue tahu dia pelakunya.

Gue hanya menggelengkan kepala, meminta maaf sebentar saat gue gak sadar tadi teriak-teriak dan baru inget kalau Azki –anaknya Raina lagi tidur bareng ibunya –juga Grisha, iya, anak itu beres makan bareng langsung ikut tidur.

"Lo kurang tidur ya?" pertanyaan ini dari Selma. Gue hanya menggeleng, lalu mengangguk. "Bener kan?"

Kali ini gue tersenyum menyetujui. "Gimana? Bunda udah sehat?" tanya Sania, dia menghampiri dengan tangannya yang dipenuhi dengan toples makanan, disusul dengan Kinan yang bawa minumannya.

"Udah,"

"Ibu? Sehat?" tanya Sania lagi.

"Iyaaa sehat," jawab gue.

"Mas Gara? Sehat?" ucap Kinan tiba-tiba.

"Hah?" kata gue gak mengerti.

"Loh? Mas Gara gak lagi deketin lo gitu?" tanya Kinan sambil mengunyah buah. Sania dan Selma tampak bingung mendengar arah bicara kita.

"Apasih Nan?" kata gue kepada Kinan. Dia suka ngawur kalau ngomong.

"Gue pikir dia udah deketin, secara waktu nyeritain lo ekspresinya beda banget. Sumpah! Dua bulan deket sama dia baru pertama kali liat ekspresi Mas Gara se-kalem itu, lo tahu kan... dia kalau ngomong sama gak ngomong wajahnya datar gitu-gitu aja? Ini... malah sempet-sempetnya senyum," ujar Kinan panjang.

Dari sana, saat malam hari sebelum kita pamit dari rumah Raina, Kinan menarik tangan gue ke dapur sebentar, entah apa yang ia perbuat, karena sekarang Kinan hanya melihat ke arah gue seksama. "Gue sama Mas Gara udah gak ada apa-apa," katanya. Kinan tampak berbisik, "Gue gak apa-apa kalau Mas Gara nantinya sama lo," lanjutnya lagi.

"Kinan, tapi gue—"

"Mas Gara baik banget Reen, Mas Arkan juga dulu bilang gitu ke gue, dia butuh seseorang, sama halnya seperti lo..."

Dari penjelasan Kinan itu, entah mengapa membuat pikiran dan hati gue berkecamuk berteriak.

Pikiran gue mengatakan bahwa gue teraneh kepada Gara yang katanya menceritakan gue sebegitu rupanya pada Kinan. Tapi hati gue menolak, menolak untuk berinteraksi lebih dengan Gara.

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang