Bagian XXXIII

1.1K 225 285
                                    

Aureen.

"Halo Grish?"

"Reen... gue kayaknya hari ini gak akan pulang," ucapnya disebrang telefon sana.

Gue yang selesai cuci piring ini duduk selonjoran di sofa sambil menerima panggilan dari Grisha.

"Ya udah gak apa-apa,"

"Sania ada?"

Gue diam sebentar mengingat-ingat Sania yang satu minggu ini gak pulang ke apart, "Enggak, gak pulang lagi dia,"

Terdengar suara helaan nafas Grisha disana, "Nanti gue kabarin ya kalau pulang."

"Iya iya," jawab gue sambil menunggu Grisha menutup sambungan duluan.

Setelah itu gue menatap lampiran group chat bernama Pet Society Club, iya... sudah hampir gak tahu kapan terakhir grup ini rame, karena sekarang rasanya kayak gak berpenghuni.

Kalau bukan Grisha yang muncul menanyakan gue akan pulang atau enggak padahal dia bisa aja pake personal chat, namun Grisha tidak, cewek itu seperti ingin menghidupkan suasana di grup jadinya nanyain perihal gue aja di grup.

Selain itu ada Raina, yang selalu kirim-kirimin link youtube. Katanya nitip buat resep makanan.

Selebihnya... gak ada.

Selma dan Sania yang selalu sibuk.

Dan Kinan, yang biasanya ngirim sticker dan heboh ngirim gosip, sekarang tak kunjung muncul.

Kinan yang bahkan hari ini, untuk pertama kalinya tidak menerima ajakan Bayu untuk jadi perwakilan pada saat Gara dilantik menjadi CEO Studio Prima.

Kinan yang bahkan hari ini, untuk pertama kalinya menolak ajakan gue untuk makan siang bersama di kantin SE.

Dan Kinan hari ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, gue melihat dia membawa pouch kecil yang dulu sempat gue kira isinya lipstick, namun bukan –itu rokok. Rokoknya Kinan yang saat kuliah dulu selalu ia bawa kemanapun ia pergi.

Ting tong!

Gue terperanjat sebentar menatap layar monitor yang memperlihatkan tidak adanya seseorang yang berada di depan pintu, namun bel itu terus menerus berbunyi.

"Iyaaa sebentaaarrrr," teriak gue sambil buka pintu dan...

BRUG.

Gak tahu apa yang terjadi saat gue merasakan tubuh berat ini yang terhuyung ke arah gue, sampai-sampai kita terjatuh dan membuat dia menindih gue diatas.

"Ergh!" erang gue keras merasakan punggung gue yang terbanting ke lantai.

Gue netralkan dulu seluruh pandangan gue yang terhalang ini saat mendengar pintu tertutup dan menghela nafas sebentar merasakan sakit diseluruh badan gue yang kecil ini, karena tertindih oleh seseorang diatas sana.

Gue dorong sekuat tenaga gue untuk bisa terlepas dan memaksa dia untuk menjauh dari tubuh gue.

Karena harumnya tidak gue kenali.

Karena, ini bukan harum parfumnya Gara.

Ini bukan Gara.

Ini. Bukan. Gara.

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang