Setiap Studio Prima punya kontrak kerjaan dan diiket kayak gini sama salah satu stasiun televisi nasional, kerjaan kita dan para team gak se-hectic biasanya kalau ngadain projek sendiri.
Paling mentok-mentok kita ikut urus ini dan itu doang, tanpa banyak ikut segala macemnya kayak dulu waktu di Puncak.
Makanya sekarang, gue, Arkan, dan Bayu lagi duduk lesehan ditempat kopi joss Malioboro setelah barusan mastiin dulu kalau syuting untuk dua scene penutup hari ini dari para pemain udah mulai didaerah deket Titik nol kilometer Jogja.
Gue juga sekarang gak harus nge-cut-cut dan teriak-teriak gak jelas kayak kemarin waktu latihan di Stuma ke para pemain. Karena sekarang yang jadi sutradaranya dari yang ngajakin kerja sama. Walaupun seminggu ini memang gue selalu ikut andil dengan para Sutradara dan para Asistennya mereka.
Arkan juga hari ini bukan bagian yang ngeshoot, karena Arkan bukan Main Cameraman, dan jadwal Arkan hanya siang hari untuk di seminggu ini. Gak tahu kayaknya minggu depan dia juga bakal ikut serta buat jadi cameraman atau enggak. Keputusan semuanya biasanya ada di tangan yang ngontrak kita.
Dan Bayu... ya dia seperti biasa. Kerjaannya ada di awal projek, dan di akhir projek.
Makanya seminggu ini selalu ajakin gue yang kerjaannya gak seribet Arkan buat cuma nongkrong-nongkrong kayak gini di Jalanan Malioboro.
"Itu ibu-ibu kayaknya belanja buat satu RT dah nyet? Liat-liat..." ucap Bayu disebelah gue sembari menunjuk-nunjuk seorang wanita setengah paruh baya yang keluar dari salah satu toko dengan tangannya yang penuh dengan kantong belanjaan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pake nunjuk-nunjuk segala lagi si kampret. Emang jiwa gosipnya itu gak pernah ketinggalan walau kita lagi bukan di daerah sendiri.
"Ya buat oleh-oleh kali," jawab gue seadanya.
"Eh iya juga oleh-oleh, lo mau beli apa buat Aureen dah? Gue juga mau ngikutin... kali aja Selma suka," ucap Bayu lagi dengan cengiran andalannya sembari menaik-naikkan alisnya ke atas.
Gue disini hanya diam dengan tatapan malas gue ke arah Bayu. Emang ya si Bayu kalau ada maunya gak pantang menyerah dia.
Belom dapet? Ya terus gas dong?
Itu adalah motto hidupnya.
"Ntar aja lah lagian masih lama juga kita disini," balas gue melihat Bayu yang sekarang tersenyum sembari menyodorkan gelasnya ke si abang penjual kopi, maksudnya dia mau nambah kopinya.
Gue sekarang menatap ke sebelah kiri gue, hampir lupa kalau gue kesini gak berdua doang, tapi juga sama ni anak satu yang otw gila.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.