Gara.
At 2 AM.
No matter how many nights you text me for asking me what I'm doing.
Is everything ok?
I will not answer because... I don't have the answer.
How can I answer if the answer always makes a circle on you?
Saat jam 2 malam di hari ini, gue tidak tidur. Gue hanya fokus dengan bagaimana Aureen yang memeluk gue dengan erat, perlahan... pelukannya tidak seerat saat tadi pukul sebelas, karena dia berangsur tidur di tempat yang bahkan tidak terlalu besar ini, karena biasanya memang hanya gue yang pakai kasur ini.
There is a comfort in the day, being busy, being tired all the time, but see? I don't hate it when I see you at 2 AM like this.
Seminggu setelah kepergian Dimas, gue jarang sekali tidur di rumah, hanya sesekali ketika satu dan dua hari di minggu lalu.
Gue sering sekali diam di kantor sendirian, sampai pukul dua malam lalu pulang hanya untuk membawa baju ganti dan kembali ke kantor.
Tapi, hari ini tidak.
Di pukul 2 malam hari ini, gue melihat bagaimana Aureen yang tidur disebelah gue dengan wajahnya yang selalu cantik dan damai.
Gue tidak pulang ke rumah barang sekedar membawa barang.
Gue diam disini. Tidak pulang. Tidak beranjak satu meter pun.
Gue bahkan melihat bagaimana Aureen yang mendatangi gue duluan lagi disaat satu minggu ini gue hanya mengabari dia bahwa gue sibuk.... Atau gue menyibukkan diri?
Gue gak pernah merasa sekosong ini saat pagi hari biasanya gue melihat Dean dan Dimas yang datang bergantian, kadang Dean duluan, kadang Dimas duluan... tapi kali ini tidak.
Tidak ada Dimas.
Tidak ada Dean.
Iya. Satu minggu ini Dean tidak masuk, ia bahkan beberapa kali mengirim surat lewat sekretaris gue untuk gue.
Isinya pengunduran diri.
Yang bahkan gak pernah ingin gue buka amplopnya sekali pun.
"Mas Gara bisa diem gak?"
Gue terkaget sebentar saat mendengar suara cewek yang sedang memejamkan matanya ini berucap. Tepat didepan sana, Aureen membuka matanya perlahan dan membenarkan letak lengan gue yang memang jadi tumpuan kepalanya.
"Kepalanya gak bisa diem ya?"
"Hm? Enggak kok.." bisik gue pelan.
"Bukan kepala gue, kepala Mas Gara," jawabnya berbisik juga.
Gue berfikir sebentar mengingat-ingat, apakah kepala gue dari tadi bergerak?
"Istirahat aja sebentar, gak usah didengerin omongan yang ada disini, mereka emang selalu gitu... berisik... seenaknya, trus ganggu kita jadi gak bisa tidur."
Aureen dengan penjelasannya yang pelan membawa tangannya untuk mengusap kepala gue pelan, gak tahu apa maksudnya saat dia berucap lagi, "Istirahat aja malem ini, sehari aja... gak usah dengerin pikiran Mas Gara yang berkecamuk itu ya? Kan ada gue disini..." katanya tersenyum kecil.
Gue melihat gimana raut wajah Aureen yang selalu menenangkan, matanya bahkan terlihat sayu dan lelah saat berucap tadi.
Bisa gue rasakan bagaimana halusnya tangan Aureen yang menyapa wajah kulit gue, dari kening, alis, sampai turun ke pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reen
Teen Fiction(SELESAI) Tentang kehidupan manusia di muka bumi beserta kenangan manis pahitnya. [Hunrene Lokal] ©asreeysi, 2020.