Aureen.
"Jadi, kamu memang dari Sastra Inggris ya majornya?" tanya Kak Ena, dia adalah Kakaknya Gara yang sedari tadi mengajak gue bicara. Gue fikir, dia sama halnya dengan Gara, terlihat dari gimana ekspresi raut wajahnya dengan mata yang mengintimidasi, tapi... ternyata beda. Sosok Ena ini sosok yang selalu menghangatkan perbincangan antara gue, dan juga Maminya Gara.
Selesai makan dan cuci piring, Mami Gara yang ternyata bidan itu harus pamit ke ruangan bersalin karena katanya ada pasien. Beda halnya dengan Gara yang sedari tadi sibuk main playstation bareng yang katanya Mas Indra –suaminya Ena.
Gue bukanlah tipe yang mudah akrab, makanya saat Ena diam, gue tampak canggung untuk sekedar bertanya duluan. Saat kemudian Ena berucap kembali, "Kata Adek, eh maksudnya Gara, maaf ya kebiasaan manggil Adek," katanya sambil tertawa kecil, "Kamu mirip sekali dengan Ena yang dulu. Aku fikir Gara ngomong ngawur, tapi waktu tadi liat interaksi kamu dan Mami, aku jadi inget sesuatu," lanjut Ena panjang.
"Kenapa Kak?" tanya gue, rasanya canggung kalau manggil Ena aja, padahal Ena-nya memang menyuruh gak usah pake embel-embel Kakak.
"Setiap Mami cerita tentang Alm. Papi, mata kamu selalu nunjukin perasaan yang sama kayak yang Mami rasain," Ena berucap sambil mengaduk susu hangatnya, mengajak gue untuk duduk diteras luar, karena di dalem berisik. "Aku juga sama Reen, dulu sebelum Papi meninggal, aku cerita banyak sama Papi, sebelum mutusin buat nikah, rasanya susah soalnya,"
Gue tampak mengernyit, sesaat kemudian saat Ena berkata, "Aku dulu ditinggal pacar aku, dia selingkuh terus ketauan pas ceweknya hamil,"
Gue memelotot kaget, merasakan bagaimana tatapan Ena yang beda dari sebelumnya. "Saat itu aku fikir, mungkin memang salah aku yang terlalu sibuk buat ngurusin kuliah, secara aku dan dia bener-bener di passion yang beda."
Ena dengan segala penjelasannya tentang bagaimana dia disakiti oleh mantan pacarnya itu membuat gue termenung. Sungguh, baru kali ini gue merasa tertampar oleh seseorang. Rasanya... iya, rasanya seperti merasakan sakitnya Grisha, kali ini juga sama.
Sakitnya Ena dengan segala kenangannya membuat gue tersadar. Gue bukanlah manusia yang terpuruk sendirian. Orang lain pun sama, punya rasa sakit dengan caranya sendiri.
Beberapa kali gue menahan untuk tidak mengerluarkan air mata, namun nihil. Apalagi saat Maminya Gara ikut berbincang lagi. Menceritakan tentang Ena yang berubah saat mengenal Mas Indra.
Ena yang melupakan kenangan pahitnya dengan sekuat tenaga untuk bisa membangun kenangan manis baru dengan Mas Indra.
Ena yang melupakan jati dirinya lalu menemukannya kembali saat ada sosok baru disana, Mas Indra dengan segala keberadaannya.
Dan satu lagi,
Ena yang baru menyadari bahwa dia bukan satu-satunya orang tersakiti setelah melihat Maminya yang ditinggal Papi Gara untuk selamanya.
Saat Mami Gara memeluk dan menangis dipelukan gue, gue mendapati Gara yang melihat ke arah kita dengan sendu. Gue bahkan bisa merasakan bagaimana tatapan Gara yang menyiratkan sayang yang teramat itu kepada Maminya.
"Lo mau gak, gue seriusin?"
Sagara Gauri Pratama, cowok pertama yang mampu membuat gue tiba-tiba sudah mengenal segala tentangnya dengan tidak sengaja.
Sagara Gauri Pratama, cowok yang sekarang mendekat ke arah gue, mengikis jarak antara kita, membuat gue menahan nafas saat dia tiba-tiba menjauhkan wajahnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reen
Fiksi Remaja(SELESAI) Tentang kehidupan manusia di muka bumi beserta kenangan manis pahitnya. [Hunrene Lokal] ©asreeysi, 2020.