Gara.
"Reen, tapi... diluar dingin... gue boleh gak... tidur disini?" tanya gue ragu.
"Enggak," tolaknya langsung.
Hahhhh, helaan nafas gue yang teramat berat itu mewakili perasaan kecewa gue karena sekarang gue memandang Aureen dengan raut wajah memohon.
"Jahat banget..." kata gue memelas.
Aureen bahkan mengangkat selimutnya lalu membalikkan arah ke arah lain, dia tidak menjawab, karena gue tahu dia gak akan bisa menjawab.
Dia gak akan meminta gue untuk tinggal.
Dia pun gak akan memberitahu apa yang ia rasakan sekarang.
Iya... karena gue yang merasakannya.
Gue yang tadinya ingin mencium lebih dalam Aureen, jadi terhambat saat merasakan hawa tubuh Aureen panasnya bukan main.
Gue pun tidak ingin menyakiti bibirnya yang robek dan luka... gue gak mau menuntut untuk mencium dia karena gue yang ingin, tapi dia tersiksa nantinya. Gue gak mau.
Tanpa persetujuannya, gue menghampiri Aureen dan memutuskan untuk tidur disebelahnya, bukan –bukan disebelahnya, melainkan dibelakangnya, tepat dibelakang Aureen dan memeluk tubuhnya dengan erat dari belakang.
Dengan gak sopan, gue membalikkan tubuh Aureen supaya menghadap ke arah gue lalu memeluknya kembali. Merasakan helaan nafasnya yang keras dan panas menerpa leher gue.
"Reen?" panggil gue karena semakin sini Aureen semakin menggigil.
Gue mengeratkan tubuh gue pada tubuh Aureen... gak tahu ini gue lagi ngapain, karena sekarang gue mengangkat tubuh gue menjadi duduk sebentar lalu membantu Aureen untuk membuka jaketnya.
"Mas Gara..." panggilnya berbisik saat gue memeluknya kembali.
"Hm?"
"Ini Mas Gara kan?" bisiknya lagi.
"Sssttt... tidur Reen..." kata gue dengan tangan yang mengelus rambutnya dan membawa kepalanya lebih tenggelam di celuk leher gue.
"Waktu itu harumnya bukan gini..." bisiknya teramat pelan sampai-sampai harus gue eratkan pelukan gue ini ke arah Aureen karena ucapannya gak bisa gue dengar dengan jelas.
"Waktu itu..."
"Hm?" tanya gue akhirnya.
"Kemarin... eh waktu itu... Kenzo nyium gue... trus sakit banget.. sampe berdarah... dia... tiba-tiba masuk kesini, trus—" tangisnya sesenggukan.
Gue diam mendengar setiap ucapan Aureen lalu memotongnya, "Besok ya besok ceritanya, sssttt..." kata gue membuat Aureen diam. Dia sekarang berangsur membawa tangannya ke atas.
Gue pikir dia mau apa, ternyata... "Pegang tangan guenya pegang... biar Mas Gara kalau pergi gue tahu..."
Hahhhhh anjing.
Malam ini.
Benar-benar kesekian malam yang gue alami dengan Aureen.
Rasanya selalu seperti ini.
Seperti roller coaster.
Gue sayang banget Reen sama lo.
Sayang banget gak tahu lagi gue harus bilang apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reen
Teen Fiction(SELESAI) Tentang kehidupan manusia di muka bumi beserta kenangan manis pahitnya. [Hunrene Lokal] ©asreeysi, 2020.