Bagian VI

1.5K 262 107
                                    

Gara.

"Mas Gara!" panggil seseorang membuat gue langsung menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Gara!" panggil seseorang membuat gue langsung menoleh. Gue menegakkan tubuh dan berdiri tegak didepan mobil. Sudah hampir sepuluh menit lalu gue berdiri di basement parkiran menunggu Kinan yang katanya baru selesai kerjaannya.

"Mas Gara gak salah...?" ucap Kinan tiba-tiba saat dirinya sudah berdiri didepan gue.

"Gak salah kenapa?" tanya gue bingung.

Kinan tampak diam menatap gue dan memincingkan matanya. "Mas Gara gak nyadar gitu Mas tuh ganteng banget?"

Buset. Gue hampir terbatuk saat mendengar jawaban Kinan. Gue tertawa sedikit menjawabnya sambil menyuruhnya masuk ke mobil. Jangan kaget perihal Kinan yang blak-blakan kayak gitu, waktu pertama ketemu gue aja dia langsung bilang mau dideketin gue, gak nolak katanya kalau modelannya Mas Sutradara ketua Team Stuma.

Bentar, bukannya kemarin-kemarin dia ngambek ya?

"Mas gak nanya kabar gue gitu?" sindir Kinan saat gue sudah menginjakkan gas ke luar kantor. Kinan seperti biasa, selalu mendahului percakapan antara kita.

"Eh, maaf, gue soalnya bingung kalau gak ditanya duluan," jawab gue jujur. Kinan hanya tertawa sambil melihat ke arah gue. "Gimana kabarnya? Baik?"

"Emm, sedikit membaik sih, Mas gimana?"

"Baik," jawab gue. Kinan mengangguk-anggukan kepalanya. "Hari ini gue lagi pengen sate, sebenarnya ini tempat langganannya temen gue sama pacar, eh mantannya kali ya? Ya pokoknya itu aja," jelasnya panjang.

Gue membelokkan arah diperempatan dan melajukan lagi gasnya dengan santai. "Dimana tuh? Restoran?" tanya gue.

Kinan menggeleng langsung dan menjawab, "Depan kampus gue dulu. Boleh?" tanyanya.

Tumben minta izin... batin gue dalam hati. "Iya," kata gue menyetujui. Kinan tampak tersenyum sampai ketika kita sudah sampai di salah satu kampus ternama di Jakarta.

"Satu porsi atau setengah?" tanya Kinan saat kita sudah duduk disebelah gerobak abang satenya.

"Satu aja," jawab gue, dia terkekeh menatap gue dan langsung memesan.

Gue fikir Kinan mengajak gue ke tempat yang selevel dengan restoran. Mentok-mentok warung atau rumah makan kek... karena kenal dengan dia dan melihat postingan dia di sosmed membuat gue berfikir Kinan sering makan ditempat high level kayak gitu. Makanya waktu gue memarkirkan mobil di depan kampus dan ternyata harus makan di trotoar jalan, gue jadi sedikit gak enak mengingat gue sudah mengira yang jelek-jelek pada Kinan.

"Lagi mikir kenapa gue ajak Mas Gara kesini ya bukan ke restoran?"

Seperti sengatan listrik –gue tertawa, gue gak bisa menutupi kalau memang gue sedang memikirkan itu. "Sering kesini?"

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang