Bagian XVII

1.4K 247 128
                                    

Aureen.

 "Gak enak ya Reen... jadi cewek," ucap Sania tiba-tiba saat sebelumnya dia berkata ingin menginap satu hari di apartment gue.

Saat itu gue sedang menyiapkan barang yang akan gue bawa untuk projek besok. "Kenapa?" tanya gue.

"Cewek gak bisa ngungkapin duluan."

Gue menghentikkan langkah gue yang sedang mondar-mandir ini. Menatap Sania yang sedang duduk dipinggiran kasur. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu disana. "Lo gak nugas?" tanya gue mengalihkan pembicaraannya.

Mengingat, Sania dan tugas kuliah adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Sania tidak menjawab, dia hanya menidurkan tubuhnya dikasur gue. "Lo besok sama siapa ke Puncaknya?" tanyanya.

"Kenapa?" tanya gue balik.

"Mau nebeng boleh gak? Sebenernya, besok gue ada perlu, tapi sampe Puncak doang kok. Sisanya temen gue yang anter,"

"Temen siapa?" tanya gue mengernyit. Sania sekarang duduk kembali, mengamati gue yang mondar-mandir membereskan perlengkapan yang akan dibawa.

"Kenzo," jawabnya dalam satu tarikan nafas.

"Siapa?"

"Kenzo Arthuro Hastama," jawabnya jelas.

Kali ini gue melihat ke arah Sania dengan penuh tanya.

"Dia temen kecil gue," jelas Sania sebelum gue bertanya. "Besok ada acara keluarga di Puncak, acara keluarga gue, dan keluarga dia juga yang bakal dateng," jelasnya lagi.

Sania... lo tahu gak sih apa yang sekarang gue fikirkan?

Bukan tentang hubungan lo dengan Kenzo.

Bukan.

Tapi... gue sekarang sedang mengkhawatirkan hal-hal yang gak ingin gue bayangkan itu nantinya takut terjadi.

            Kekhawatiran gue jelas bertambah saat dimobil, Bayu berkata bahwa kamar gue bersatu dengan kamarnya Team Kru Stuma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekhawatiran gue jelas bertambah saat dimobil, Bayu berkata bahwa kamar gue bersatu dengan kamarnya Team Kru Stuma. Saat gue membaca list siapa aja yang tidur disana. Gue mendapati nama Clarissa Bernadetta tercetak jelas. Lalu setelah namanya, ada nama Aureen Zea Savana. Membuat gue diam seribu bahasa dimobil.

Ok. Katakan gue yang sekarang sudah sedikit berubah dan meyakini diri untuk melakukan hal yang gue mau tanpa ragu. Tapi... entah perasaan gue yang mungkin sudah gak enak, gue jadinya gak fokus saat rapat pertama sehabis kedatangan gue dengan Bayu, lalu saat Bayu pergi, gue enggan untuk pergi ke kamar.

Sebenarnya bukan hanya Clarissa disini, ada empat orang lainnya. Tapi... gimana? Mental gue yang dulu belom cukup kuat kalau memang harus melawan dia yang mungkin nantinya akan bereaksi apa pada gue.

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang