Bagian XXV

1.3K 245 253
                                    

Aureen.

"Lo kenapa sih Reen ngelakuin itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo kenapa sih Reen ngelakuin itu?"

"Gak tahu..."

"Kenapa? Lo gak takut?"

"Gue hanya mengikuti insting gue... Gue... salah ya?"

"Hah? Salah darimana nya? Nih ya... kalau saat itu yang diposisi lo adalah gue, gue pasti gak akan ngelakuin hal kayak gitu. Gue mending nangis ngejerit, bahkan gue lawan kalau mau, you have changed be better loh Reen, gue kayak kenal sama Aureen yang baru."

Sepenggal percakapan itu adalah seruan dari Sania saat berhari-hari gue sudah membaik barang sekedar untuk ngobrol dengan orang di apartment.

Karena gue tadinya tidak pernah bicara lagi, dengan siapapun dan dimanapun.

Butuh banyak-banyak waktu untuk gue mengeluarkan satu dua patah kata, rasanya kayak... udah lama banget gue gak merasakan rasa trauma seperti ini semenjak dulu ditinggal Raka.

Apa ini disebut trauma atau bukan... bahkan gue gak bisa menjawabnya.

Gue yang sekarang lebih sering ingin menjalaninya saja, karena rasanya se-capek itu... kalau diingat-ingat.

"Lo gak ganti perban ya kemarin?"

"Lupa."

Satu bulan setelah kepulangan gue dari projek di Puncak dan pulang ke Bandung untuk istirahat satu minggu lamanya, gue jadi sering menginap di rumahnya Selma, si anak co-assistant doctor yang sekarang udah magang dan jadi rutin bantu gue untuk men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan setelah kepulangan gue dari projek di Puncak dan pulang ke Bandung untuk istirahat satu minggu lamanya, gue jadi sering menginap di rumahnya Selma, si anak co-assistant doctor yang sekarang udah magang dan jadi rutin bantu gue untuk mengurus luka sayatan gue yang semakin hari semakin membaik karena bantuannya.

Selain rumah Selma, rumah Bunda dan Ayah Raka pun selalu jadi tempat untuk gue istirahat.

Gak tahu gue inginnya apa, karena rasanya gue butuh istirahat.

Butuh untuk tidak bertemu dengan orang-orang.

Butuh untuk menetralisir diri gue sendiri untuk self-recovering.

ReenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang