"Kalau gua ngomong Natasya punya perasaan sama lo, lp percaya?" tanya Bryan pada Gibran.
Mereka baru aja keluar dari angkot itu, Gibran menoleh dan menautkan alisnya.
"Maksud lo?" tanya Gibran.
"Gua rasa otak lo masih bisa mencerna kata-kata gua dengan baik, Gib," yutur Bryan dengan serius.
"Otak gua loding tentang perasaan," balasnya
"Gua tau lo paham dengan apa yang gua ucapkan."G ibran mengangguk paham, dia juga ngarti dengan apa yang Bryan katakan padanya.
"Gua paham."
"So?
"Gak papa, mau punya perasaan atau enggakpun itu urusanya sama Tuhan. Lagi pula kalau seharusnya itu beneran, gak seharusnya itu terjadi. Natasya udah punya lo kan," jelas Gibran dengan nada tenang walaupun dalam hatinya ingin sekali marah.
"Gua rasa itu semua gak bener kak, secarakan dia cinta banget sama lo," lanjut Gibran.
"Tapi sayang, itu semua bener," kekehnya.
Gibran terdiam sesaat dan menoleh lagi pada Gibran. "Apa yang harus gua lakukan?" tanya Gibran.
"Gua rasa lo tau apa yang harus lakukan."
"Jangan beranggapan gua bisa lakukan apapun yang ada dipikiran lo kak. Gua gak tau perasaan Natasya sama gua apa, dia cinta sama lo!"
"Tapi dia cinta sama lo, gua sendiri yang denger kalau dia nyesel nyia-nyian lo," Keukeuh Bryan.
"Udahlah kak. Jalani aja hubungan lo sama Natasya yang bener. Jangan bawa bawa gua dalam hubungan lo, karena pada dasarnya dari awal gua sama natasya emang tak ada apa-apa juga kan?"
"Sebentar lagi kalian tunangan, dan camkan jangan bawa nama gua lagi, gua gak mau Ayah sama Mamah kecewa sama gua. Paham?" Bryan terdiam dan membiarkan Gibran pergi untuk kekelasnya.
"Kenapa bisa serumit ini ya Tuhan."
"Lo ngapain sendirian ditengah lapangan kayak gini?" tanya seseorang yang tak lain adalah Rafa.
"Gua sama adik gua tadi," balas Bryan.
"Lo kenapa? Enggak banget muke lo kayak muke yang gak disetrika," kekeh Rafa.
"Diem gua lagi pusing, jangan buat gua semakin pusing karena pertanyaan lo itu," tukas Bryan.
"Soal cinta ya?" tebak Rafa dengan muka yang polos.
"Jangan so tau!"
"Itu kebenarannya!" ejek Rafa.
"Jangan banyak nanya deh Raf, gua bener bener lagi pusing," lirihnya.
"Iya dah iya maaf deh maaf!"
Rafa dan Bryanpun memutuskan untuk pergi kekelas mereka lagian jam masuk sudah akan berbunyi lima menit lagi.
Sedangkan Gibran masih memikirkan apa yang Bryan katakan padanya tadi.apa benar Natasya mempunyai perasaan padanya? Gibran rasa gak mungkin. Gibran tau banget Natasya cinta sama Bryan, dan karena itu Natasya pergi darinya.
"Kenapa, Gi?" tanya Fajar yang duduk disebelahnya.
"Gua bingung Jay, disaat gua udah merasakan adem sama kehidupan, tiba- tiba akan ada masalah lagi yang akan masuk," jelas Gibran.
"Maksud lo?"
"Gua gak tau apa yang dikatakan Kak Bryan beneran atau hanya obrolan biasa. Gua cuma takut, gara-gara perasaan dia, buat persaudaraan gua sama kak Bryan hancur Jay."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Teen FictionSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-