chapter 16

2.9K 177 3
                                    

Setelah hampir 2 minggu berada dirumah, Gibran sudah merasa lebih baik dan menginginkan sekolah.

"Pokonya aku mau sekolah hari ini Yah!"

"Gibran kamu masih belum pulihh.."

"Udah sehat kok Yah, aku udah mampu. Lagi pula aku udah pengen banget sekolah."

Ya, perdebatan subuh kali ini adalah Gibran yang memaksa ingin sekolah.

"Besok aja hari ini kita kontrol dulu," ujar Raya mengusap bahu Gibran.

"Gak mau Mah," katanya.

"Gibran nurut dong," pinta Raya dan Gibran menggelengkan kepalanya.

"Bosen dirumah terus Mah, aku pengen sekolah ketemu temen-temen." Raya dan Rian menghela nafas.

Raya menoleh pada Rian yang kebingungan, Raya mengangguk.

"Yaudah boleh," kata Rian walaupun ada nada tak rela.

"Beneran?" tanya Gibran dengan membinar.

"Heem".

"Yes."

"Yasudah kamu siap-siap sana, mandi. Seragamnya mamah siapin." Gibran mengangguk lagi.

"Makasih Mah, Yah." Rian hanya berdehem.

"Gibran katanya mau sekolah? Cepetan dibaju," kesal Raya yang melihat Gibran masih dihanduk dan bermain ponsel.

Gibran hanya tersenyum dan menyimpan ponselnya. Setelah itu mengambil seragamnya dan membawanya ketempat ganti, pasalnya kalau ganti disini kan ada Raya yang lagi nyiapin buku pelajaran.

"Semuanya sudah siap Nak, sepatu ada dibawah. Kalau udah kamu kebawah buat sarapan," ucap Raya memperhatikan Gibran yang muncul dengan seragamnya yang masih jauh dari kata rapi. Rambut yang belum seberapa itu berantakan dan dasi yang belum dipasang, kemeja putih keluar dan belum memakai almamater.

"Pasang dasinya dong A, bajunya kenapa gak dimasukin?Astagfirullah, beda banget sama kakak, kakak selalu rapih loh A." Gibran hanya terkekeh dan membiarkan Raya memasangkan dasi itu.

"Nah.. gini kan rapih, tapi masukin kamejanya."

Gibranpun mengaca. "Mah Gibran jelek banget deh," keluhnya.

Raya tersenyum, dan menghampiri sang anak dan berdiri disampingnya,Raya kalah tinggi badan oleh Gibran.

"Kata siapa? Ganteng kok," kata Raya.

"Masa bekas operasinya keliatan, Mah," katanya pelan. Raya tersenyum miris.

"Gak papa gak jadi masalah kok A."

"Tapi ini keliatan."

Bekas oprasi itu percis angka 7 dekat telinga kebawah, gitu deh pokonya.

"Nanti kalau rambut kamu udah lebat lagi, pasti ketutupan kok A," ucap Raya.

"Yaudah deh."

"Ditopi aja ya, mau?" Gibran menggelengkan kepalanya.

"Dilarang pake topi kalau gak upacara."

"Udah dong jangan sedih gitu mukanya." Gibran tersenyum pada Raya.

Raya mengambil jas almamater dan memakaikannya pada badan Gibran.

"Ini itu ujian buat kamu, buat kita juga. Takk apa seperti ini dulu, nanti juga bisa sembuh total," Gibran mengangguk.

"Masih ganteng kok, kan anak Mamah."

"Ialah Gibran kapan jeleknya coba," kekehnya.

Gibranpun melangkah dan mengendong tasnya, tak lupa diapun membawa ponselnya.

Gibran Zaidan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang