"Kak, Gibrannya mana?" tanya Raya yang menyambut kepulangan sang anak. Namun senyumannya luntur ketika Bryan pulang sendiri tanpa Gibran.
Bryan tak menjawab, ia memilih melangkahkan kakinya menuju sopa yang ternyata ada Reyhan yang masih memakai baju SMP.
"Kakak jawab dulu pertanyaan Mamah," pinta Raya menghampiri anaknya.
"Gibrannya mana? Main dulu atau gimana? Kan udah mamah bilangin jangan nge..
"Aku tinggalin!" potongnya tanpa menoleh. Bryan memilih membuka jas almamaternya.
"Ditinggalin dimana?" sentak raya setengah melotot.
"Dia minta turun yaudah aku turutin," acuhnya dan membuka sepatunya.Dia nampak acuh dan tak perduli.
"What? Kakak gelo?" tanya Reyhan dengan tak percaya. Catat Kakak kesayangannya itu baru aja sembuh.
"Kok kamu gitu sih kak? Kan Mamah nyuruh jagain adiknya kok malah ditinggal, kalau ada apa-apa sama Gibran kamu mau tanggung jawab?" celotehan Raya. Raya kesel pada Bryan yang masih menampakan wajah biasa biasa saja.
"Yaelah mah lebay banget, dia udah gede, temennya banyak juga!"
"Kok kamu jadi gitu? Kamu gak pernah kayak gini loh kak, ada masalah sama Gibran?" tanya Raya.
"Hayo loh berantemnya? Gara-gara apa?cewek?" tanya Reyhan.
"Bacot!"
"Bryan Mamah gak pernah ngajarin kamu kayak gitu sama adik ya!"
"Dia yang nyuruh aku turunin dia kok," ucap Bryan membela diri.
"Kamu kan tau keadaan dia kayak gimana? Gibran belum sembuh Bryan!kalau ada apa-apa dijalan gimana?"
"Berpikiran positif aja."
"Coba jelasin kenapa kamu turunin Gibran dijalan?" pinta raya.
"Dia yang minta," kekehnya.
"Gak mungkin gak ada alasannya kan?" tanya Raya memastikan.
"Kamu juga pasti gak bisa turunin Gibran dijalanan dalam keadana dia yang belum sehat betul, tapi ini? Ada apa sama kamu hah?" tanya Raya menatap Bryan.
"Gak ada apa-apa, Mah. Dianya aja yang mau, mau main kali."
"Kalaupun mau main dia pasti ikut pulang dulu! Bryan please deh mamah nanya ini, kenapa kamu turunin gibran?" Raya sudah kesal sekali karena Bryan mengulur ngulur pertanyaan.
"Dia yang minta."
"Cari alasan tuh yang jelas!" kesal Raya. Bryan terdiam sesaat.
"Berantem," acuhnya. Bryanpun bangkit dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada diatas.
"BRYAN MAMAH BELUM SELESAI BICARA NAK!" teriak Raya.
"Berantem kenapa sih, Mah? Kok bisa ya?" Heran Reyhan.
"Mana mamah tau, kamu coba telpon Gibran ya, tanyain dimana dia sekarang." Reyhan mengangguk dan membuka ponselnya siap untuk menelpon sang kakak.
Reyhan: A!
Gibran: ini gua fajar.
Reyhan: Lah A Gibrannya mana?
Gibran: Toilet, ada apa emang?
Reyhan: Ini Mamah nanyain. Disuruh pulang.
Gibran: Ia nanti gua sampein deh sama Gibrannya.
Reyhan: Btw A Gi nya dirumah kak Ajay?
Gibran: Rumah kambing.
Tut
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Teen FictionSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-