chapter 32

5.5K 562 94
                                    

"Gibran udah gua bilang jangan masuk sekolah," geram Bryan.

Melihat Gibran yang sudah rapih dengan pakaian sekolahnya membuat Bryan naik pitam.

"Gua udah sehat, Kak."

"Bodo amat gua gak percaya sama omongan lo," gertak Bryan.

"Gua mau sekolah, emang salah? "tanya Gibran dengan tegas. Kakaknya itu dari tadi mengomel untuk tidak masuk sekolah.

"Ya salah, lo lagi sakit walaupun udah agak enakan ya istirahat dulu kenapa sih?" tanya Bryan yang sudah kesal.

"Gua sehat, kenapa sih selalu mandang gua sakit?" tanya Gibran.

"Emang lo lagi sakit, gak sadar sama keadaan sendiri? Siapa yang rengek-rengek tengah malam kepalanya pusing, siapa?" tanya Bryan.

"Setidaknya gua udah sehat kan." Gibran masih saja membalas perkataan Bryan.

Toh Gibran sudah merasakan lebih baik walaupun semalaman terserang demam hingga Bryan bergadang guna menjaga Gibran.

"Nurut apa kata kakak! Atau gak, kakak lapor sama Mamah kalau kamu sakit," kata Bryan.
Bryan menggunakan bahasa yang lemes agar Gibran nurut sedikit.

"Gak usah kamu-kamuan ah geli," balas Gibran.

"Semalam yang aku-akuan siapa?" kesal Bryan.

"Bodo amat, pokonya gua sekolah, lo jangan larang," bantah Gibran.

"Masih mau ngebantah sama gua? Udah gak mau gua perhatiin? It's oke gua gak akan rugi kalau lo sakit," ucap Bryan dengan tajam namun pelan.

Setelah itu Bryan meninggalkan Gibran sendiri dikamar apartemen, dirinya harus menyiapkan sarapan juga buat Reyhan.

"Lama bet udah tau adikmu yang lucu ini kelaperan."

Reyhan kan emang lebay, lebaynya udah overdosis dan sudah merajelela.

"Sabar," balas Bryan sambil menyiapkan sarapan yang baru saja dikirim oleh Raya. Raya memang orang tua yang sangat perhatian.

"Makan yang banyak, lo pulang sore. Nanti Papah Bagas yang jemput sambil jemput Vredo," jelas Bryan.

Reyhan hanya mengguk-mangguk. "Ah masa sama si Vredo, kakak kan tau gua asing sama tuh anak, udah sombong, julid lagi."

"Jangan kayak gitu, harus terbiasa berteman sama dia." Reyhan hanya mengangguk.

"Mau susunya?" Reyhan mengangguk.

"Harus banyak asupan, Rey. Sekolah sampe sore kalaupun ada istirahat kan gak lama."

"Iya, Kak. Bawel banget." Bryan hanya tersenyum sambil menyodorkan segelas susu putih.

Bryan merasa sedang mengurus anaknya yang akan pergi sekolah jika kayak gini. Btw ada yang mau jadi istri dari Bryan?

"Gua mandi dulu." Reyhan mengangguk.

Sibuk mengurus keperluan Reyhan juga mengurus Gibran membuar Bryan sendiri lupa sama kegiatannya. Udah jam 6 dia belum mandi.

"Kak Bryan mana?" tanya Gibran yang duduk disebelah Reyhan yang sedang menyantap sarapan paginya.

"Mandi," balasnya.

Gibran meminum susu yang ternyata sudah tersaji, entah milik Bryan entah dari Bryan untuknya. Toh dia lapar karena perutnya sudah diperas subuh tadi.

"Mau sekolah? Bukannya kata kak Bryan jangan dulu?"

"Maulah ngapain gua disini sendiri," balasnya dengan angkuh.

"Lo mau kak Bryan ngamuk?" tanya Reyhan.

Gibran Zaidan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang