Tujuh hari sudah berlalu dan sudah tujuh hari juga Opa sudah meninggalkan kita semua. Kini, keluarga Rian ada dirumah oma untuk menanyakan sesuatu.
"Langsung aja, Pqpah udah gak ada.dan apa Maamah mau tinggal sama aku atau mau disini aja," tutur Rian.
"Langsung keintinya banget, Yah," kekeh Reyhan. Yang langsung ditatap tajam oleh Bryan, kebiasaan.
"Diem deh, Rey," kesal Raya yang juga kesal pada Reyhan yang selalu berucap seenaknya.
"Jadi gimana, Mah. Rian gak mungkin kan ninggalin Mamah tinggal sendiri disini," lanjut Rian.
"Rian maupun Raya gak keberatan.mamah adalah mamahnya Mas Rian,suami aku. Udah jadi kewajiban Raya juga," kata Raya.
Oma mengangguk." Oma mau tinggal sama kalian jika anak itu tidak tinggal dirumah yang sama," balas Oma.
Yang membuat semuanya terdiam,tentu saja mereka tau siapa." Anak itu."
Terlebih Gibran yang langsung sadar diri, emang siapa lagi kalau bukan dia? Bryan atau Reyhan? Mustahil wkwkw.."
"Maksud Mamah apa?" tanya Rian.
"Iya. Mamah mau tinggal sama kamu, asal gak ada dia dirumah kamu," tutur Oma dengan sangat santai.
"Mamah ini gimana sih? Gibran anak aku,bkalau harus diingatkan," ucap Rian dengan dingin.
"Anak kamu? Bahkan anak kamu hanya Bryan dan Reyhan. Dia? Cuma orang asing," ketus Oma.
"Mah aku gak terima, ya. Oma bilang kayak gitu."
"Lah emang bener kan? Oma gak salah?Dia nya aja yang gak sadar diri, udah ada orang tuanya dibJakarta bukannya pindah malah enak-enakan tinggal sama kamu. Enak bener ya orang tuanya," sindir telak dari Oma.
Gibran masih terdiam, walaupun ia sudah merasakan denyutan yang menyakitkan dengan semua petuturan Oma.
"Kalau gitu, masih aja bohong," lanjut sang Oma.
"Julid banget si, Oma. Bikin kesel aja," ucap Reyhan dengan kesal.
"Udah tua bukannya perbaiki akhlak, ini ko semakin jadi," gumam Reyhan. Yang terdengar oleh Bryan saja.
"Hush," desis Bryan.
"Rian sendiri yang gak mau Gibran tinggal sama Bagas. Lagian Bagas juga gak masalah, rumah kita juga berhadapan," jelas Rian dengan nada yang dingin.
"Yaudah terserah. Simple, jika mau Mamah tinggal dirumah kamu, itu syaratnya. Jika kamu menelantari Mamah yang tinggal sendiri dirumah ini, Mamah gak segan-segan mengecap kamu sebagai anak durhaka," jelas Oma dengan nada yang mengancam.
"Oma durhaka ada gak sih, kak?" tanya Reyhan dengan nada pelan.
"Bar-bar banget," balas Bryan dengan sangat pelan.
"Gak bisa gitu dong Mah. Ada syarat-syaratan. Pilihannya cuma dua, tinggal disini atau tinggal sama Ri..
"Udah, biar aku yang pergi. Kalau emang Oma mau tinggal sama Ayah tanpa adanya aku, oke. Gak jadi beban juga, toh selama ini aku cuma numpang," potong Gibran.
"Gibran jangan seperti itu bicaranya sayang. Gak ada yang numpang, kamu anak Mamah," tekan Raya dengan nada tegas.
"Ya habisnya. Bagus dong kalau gak ada aku dirumah Ayah, nanti kan Oma gak mungkin marah-marah atau ngejulidin aku. Baguslah dosanya gak akan nambah," jelas Gibran dengan selow.
"Kalau ada Gibran, dosa Oma pasti nambah tuh," ketus Gibran melanjutkan perkataanya.
"Kurang ajar ya kamu!" sentak Oma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Teen FictionSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-