"Jadi beneran mau ikut ujian?" Gibran mengangguk semangat.
"Kalau masih lemes mending ayah telpon gurunya buat bawa kertas ujian kamu kerumah, Gi," tutur Rian.
Kenyataannya Gibran sudah keluar rumah sakit bahkan telah mengikuti ujian, dan hari ini adalah last day ujian semester.
Padahal raya dan Rian telah mewanti-wanti Gibran untuk tidak mengikuto ujian hari ini, semalam Gibran kembali kambuh, makanya Rian dan Raya khawatir. Padahal pasti ada ujian susulan atau gak Rian bisa memanggil guru untuk membawa soal ujian untuk Gibran.
"Alah gak usah aku udah sehat, aku kan kuat," katanya.
"Yaudah Mas. Gak papa kalau Gibran mau ikut ujian disekolah, biar kakak yang nemenin Gibran, ya?" Bryan mengangguk.
"Aku bisa nemenin dari awal sampai akhir," ujar Bryan.
"Gak usah, nanti lo bosen lagian masih ada sahabat gua kak yang jaga gua juga lo nganterin aja sama jemput," jelas Gibran.
"Kalau gak bisa jemput, gua bisa sama Fajar atau sama siapa gitu."
"Yaudah gak gua nemenin sampe akhir, tapi gua jemput yang ada lo ngablu dulu kalau gak gua jemput."
"Ya kan, Yah, Mah?" Rian dan Raya mengangguk.
"Rey dianterin sama Ayah, kan?" tanya Reyhan yang dari tadi diam.
"Iyah kamu sama Ayah." Reyhan mengangguk.
"Yakin kamu mau sekolah? Lemah gitu, banyak gaya," ujar Oma dengan sinis.
"Mamah apa-apaan sih," kesal Rian.
"Ray." Raya yang mengertipun langsung mengajak Oma buat menyiram tanaman ditaman rumah.
"Mah, mending kita nyiram tanaman yu."
"Ya, lebih baik saya menyiram tanaman dari pada melihat wajah dia." Tak berubah, orang tua dari Ayahnya ini masih memperlihatkan kebenciannya.
"Gak usah didengerin ya."
"Yah, kapan sih Oma gak benci sama aku? Apa sampe aku mati?" tanya Gibran dengan pelan.
"Aku capek selama ini dibenci sama dia, dikucilkan dan bahkan disalahkan atas meninggalnya opa," jelas Gibran.
"Padahal aku sendiri gak tau apa salah aku sama Oma apa karna aku bukan anak Ayah? Apa karna aku bukan saudara kandung kak Bryan sama Reyhan?" tanya Gibran.
"Gibran jangan gitu nak.."
"Jangan gitu gimana Yah, aku capek, aku cuma gak mau jika nanti aku mati dalam keadaan dibenci sama om-..
"Gua gak suka lo ngomong soal kematian Gibran!" kesal Bryan.
"Tau tuh si A Gi. Bodo amatin aja kali kalau Oma benci sama A Gi, ya kan, yah?"
"Hem," dehem Rian.
"Jangan asal bicara tentang kematian, Nak. Ayah gak suka, kalau Mamah denger kamu mau buat Mamah sedih dan nangis lagi?" Gibran menggelengkan kepalanya.
"Kedepannya gak ada yang tau, Yah." Gibran menunduk.
"Ayah akan usahain pengobatan yang baik buat kamu, setelah kelulusan kakak, kita terbang ke Jepang. Oke?"
"Manusia bisa berencana, Yah tapi kita gak tau garis Tuhan seperti apa," tutur Gibran.
"Gibran jangan ngomong gitu dong, Ayah jadi was-was."
"Gak papa. kak ayo berangkat."
"Yaudah ayo."
"Hati-hati, kak jangan ngebut ya, pastiin adik kamu baik-baik saja." Bryan mengangguk

KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Fiksi RemajaSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-