"Masih gak ada yang mau cerita?" tanya Rian dengan nada dingin, suasana malam yang mencekram. Apalagi untuk Bryan dan Gibran.
"Gak ada yang harus diceritakan," ujar Bryan tanpa beban sedikitpun.
"Lo ngomong kayak yang gak punya dosa tau gak," ketus Reyhan yang lagi memakan danging ayam dengan lahapnya.
"Reyhan kamu mingkem!" kata Rian dingin.
"Mampus, ikut-ikutan sih," lirih Gibran pada telinga kanan Reyhan.
Rian yang melihatnya pun langsung naik pitam. "Gibran, Ayah butuh keseriusan kamu," pintanya.
"Serius apa sih, Yah?"
Meja makan kosong, tidak ada makanan tersaji kecuali buah buahan dan ya Raya sengaja melakukan ini. Raya tidak akan memberi mereka makan malam sebelum mereka menjelaskan mengapa mereka kayak orang yang ribut.
Kecuali Reyhan, Reyhan sudah dikasih makan oleh Raya dan memakannya sendiri tanpa dosa dan bersikap bodo amat.
Lihatlah ketika kedua kakaknya sedang disidang oleh sang Ayah yang berubah jadi dingin, Reyhan malah enak-enakan memakan paha ayam dengan lahap. Emang anak ini.
"Jelasin sama Ayah,bsebelum kalian menjelaskan apa yang terjadi sama kalian. Jangan harap kalian Mamah kasih makan, jatah kalian Mamah kasih Reyhan!" ketus Raya yang baru datang dan memberikan susu coklat kearah Reyhan.
"Makasih," ucap Reyhan dengan senyum manis. Gibran hanya berdelik sinis, dia juga ingin susu itu. Kalau makan, Gibran bodo amat dia udah makan dirumah Fajar.
"Apa banget sih."
"Jangan harap juga Ayah kasih uang jajan!"
Ayolah, Ayah sama Mamah sama aja. Gibran sih tak merasa bersalah orang Bryan yang duluan ngajak ribut.
"Kita gak ada masalah apa-apa! Emang dia nya aja yang mau main ke rumah Fajar dan minta diturunin," jelas Bryan dengan dingin dan malas.
Rian mengalihkan pandangannya pada Gibran yang menunduk kesal. "Benar itu Gi?" tanya Rian.
"Bulshit!"
Rian terperangah mendengar pengakuan Gibran, dia menatap Bryan lagi.
"Emang bener kan lo yang minta gua turunin lo?" tanya Bryan dengan nada tak nyalse.
"Tapi bukan itu permasalahannya!" sanggah Gibran dengan nada tak nyalse juga.
"Coba jelasinnya pelan pelan, awas aja kalau ngomongnya pake otot," ujar Raya.
"Jelasin semuanya tanpa ada kebohongan sedikitpun, jangan buat ayah marah sama kalian." Pinta Rian.
"Dia yang harus cerita, orang dia yang salah," ujar Gibran.
"Kita gak akan ribut kalau ll gak ngomong kayak tadi!" ujar Bryan.
"Lu yang ngomong,bukan gua? Seditpun gua gak pernah ngomong kayak gitu, apalagi berpikiran busuk kayak gitu."
"Tapi secara tidak langsung lo ngomong kayak gitu"sentak Bryan.
"GUA GAK PERNAH BERPIKIRAN LO PENGHALANG BUAT GUA SAMA NATASYA!" sentak Gibran.
"Gibran duduk! Turunin nada bicara kamu," pinta Rian. Sekarang dia tau apa penyebab kedua anaknya itu berantem. Lagi-lagi Rian hanya menghela nafas.
"Jadi gara-gara Natasya?" tanya Rian dengan menatap satu persatu kedua anaknya yang terlihat emosi.
"Gara-gara dia," kketus Gibran.
"Lo yang mulai.. anj..
"Bryan! Mamah gak pernah ngajarin kamu ngomong kasar!"bKesal Raya memotong ucapan Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Teen FictionSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-