***
"Masih aja lu mikirin Devi?" tanya Bryan yang baru saja berhenti berenang.
Gibran tak ikut berenang, dia cuma menonton Bryan yang berenang sendiri. Sedangkan Reyhan, masih tertidur padahal sudah pukul delapan pagi.
"Gua gak lagi mikirin Devi," balas Gibran dengan santai.
"Bohong banget," kata Bryan yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Enggak, kak."
"Terus kalau gak lagi mikirin Devi, lo lagi mikirin apaan?" tanya Bryan.
Gibran terdiam. "Kalau seandainya gua gak ada di dunia ini, apa semua orang akan merasa kehilangan?" tanya Gibran.
"Ngaco," ketus Bryan dengan melemparkan handuknya kearah Gibran.
"Dih gua cuma nanya ya," ujat Gibran dengan sewot.
"Gua gak denger."
"Gua merasa akan kehilangan sesuatu, Kak. Entah apa itu."
Bryan terdiam dan menautkan kedua alisnya. "Maksud nya?" tanya Bryan yang tidak mengerti.
"Perasaan gua gak enak."
"Perasaan aja kali." Gibran mengangguk.
"Mungkin."
"Lo belum makan, semalem tidur larut. Jadinya ya gitu, mending kita makan kuy Mamah buat menu kesukaan kita hari ini," ajak Bryan setelah selesai mengeringkan rambut.
"Lo duluan sana temuin Mamah, gua mau mandi sekalian bangunin tuh anak kecil," ucap Bryan dan Gibran mengangguk.
Bryanpun berjalan kearah tangga untuk memasuki kamarnya dan Gibran menghampiri Raya yang sedang berkutik didapur.
"Mamah," panggil Gibran dengan langsung terduduk dikursi meja makan. Btw, Rian udah pergi kekantor karena ada meeting.
"Kamu ngagetin aja," ujar Raya yang sedang menggoreng ayam kesukaan Reyhan.
"Maaf, Mah." Raya hanya berdehem.
"Kakak Bryan mana?" tanya Raya menyajikan beberapa menu yang sudah jadi.
"Mandi."
"Kamu udah mandi belum?" tanya Raya menyajikan segelas susu untuk sang putra.
"Udah," balasnya acuh. Raya menautkan kedua alisnya.
"Kapan?"
"Kemarin," kekeh Gibran dengan santai.
"Kamu itu kalau ditanya suka kayak gitu," kesal Raya.
"Mamah mau bangunin, Rey."
"Gak usah kata kakak, kakak yang akan bangunin Rey." Raya tersenyum.
"Terus kenapa kamu belum mandi?" tanya Gibran.
"Kakak suruh aku samperin Mamah dan gak disuruh mandi. Yaudah, sebagai adek yang baik Gibran harus nurut apa kata kakak," jelas Gibran yang membuat Rayaemas dengan perkataan sang anak tengah.
"Kamu ada-ada aja." Lagi-lagi Gibran terkekeh.
"Mah," panggil Gibran lagi.
"Apa sayang?" tanya Raya menoleh pada Gibran yang sedang meniup-niup segelas susunya yang panas
"Gibran mau curhat."
"Curhat apa hem?"
"Gibran tuh suka sama cewek, namanya Devi. Tetanggaan kok sama komplek kita"
"Terus terus?"
"Dih jangan dulu dipotong," decak Gibran.
"Gak taunya dia sekelas sama aku, murid baru. Aku sama dia makin deket tuh, terus ya semalam kan aku sama kakak sama Rey kepasar malam gara-gara Mamah yang mau arumanis sampai gigi aku sakit semalemam," jelas Gibran, memang setelah memakan arumanis atas izin Raya, Gibran mengeluh giginya sakit hingga tak bisa tidur dan akhirnya ditemani oleh Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Teen FictionSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-