chapter 39

5.8K 582 71
                                        

"Kak lagi belajar?" tanya Gibran sang pembuka pintu kamar Bryan.

Bryan menoleh dan mengangguk. "Sini aja," ajak Bryan. Gibranpun melangkahkan kakinya menuju kasur Bryan yang banyak buku-buku yang berserakan.

"Ada yang mau lu tanyain ya, Gi?" tanya Bryan seolah tau apa yang akan Gibran tanyakan.

"Apa? Coba cerita!"

"Natasya pindah sekolah ya?"

Bryan terdiam sesaat, Bryan mendengar berita itu dari Rian.

"Kenapa emangnya?"

"Dia pamit ke grup dan langsung keluar."

"Iya. Gua tau dari Ayah."

"Maaf Kak."

"Kenapa lo minta maaf? Punya salah apa?" tanya Bryan. Tak mengerti apa yang dikatakan Gibran.

"Gara-gara gua Natasya jadi pindah dan katanya doi ke Malang. Benar?" Bryan mengangguk.

"Lo gak salah dia yang salah menempatkan hatinya dari awal. Biarin dia nikmati karmanya, karma is real brohh," ujar Bryan. Gibran terkekeh mendengar perkataan Bryan.

"Gua merasa gak enak, andai aja dulu gua gak punya perasaan sama dia, mungkin semua ini gak akan terjadi."

"Gak ada yang perlu disesali uang terjadi biarkan berlalu dan gak usah merasa bersalah yang bukan kesalahan lo," belas Bryan.

"Kalau lo jadi kuliah di Harvard gua sama siapa? lirih Gibran. Nyaris tak terdengar, tapi kuping Bryan masih bagus.

"Kok ngomong gitu?" heran Bryan.

"Selama ini gua selalu bareng sama lo, gua gak bisa kalau jauh dari lo. Nanti siapa yang mau gua ajak minggat dari rumah buat menghindar dari Oma?"

Memang sudah hampir ke lima kalinya Gibran dan Bryan dalam dua bulan ini  pergi dari rumah atas keinginan Gibran. Bukan kabur tapi nginep diapartemen Bryan.

"Jangan so sad deh lo seneng kan gua jauh dari loekeh Bryan yang malah becanda.

Sontak saja Gibran menggelengkan kepalanya cepat"ko lu gitu,selalu berpikiran buruk sama gua.gua tau gua gak ada baik-baiknya jadi adek..

"Tapi ya tetap aja, kalau ditinggalin abang sendiri, ya sedih," lanjut Gibran dengan muka sedih.

Bryan menghela nafas, ia tau Gibran sedih karena dia berniat untuk sekolah diluar negeri.  Akan berjauhan dengannya. Beda waktu dan beda negara tapi masih dalam planet yang sama deng.

"Iya sory gua becanda kali Gi."

"Tau ah, kelihatan lu emang gak sayang sama gua"ketus Gibran.

"Gak sayang gimana? Gua sayang lah orang lu adik gua," balas Bryan.

"Ya itu buktinya."

"Enggak Gi. Gua sayang, gua juga sedih ko mau pisah sama keluarga sendiri." Gibran masih diam.

"Gua ke Harvard duluan, setahun yang akan datang gua tunggu surat penerimaan dari kampus buat lu. Oke?" tanya Bryan dengan senyuman manisnya.

Gibran mengangguk. "Yaudah jangan manyun. Katanya mau ke Bogor? Ninggalin gua yang mau UN?" sindir Bryan.

Gibran hanya terkekeh. "Reyhan yang mau bukan Gua, Ya."

"Alah sama aja."

"Bomat."

***

Hari senin, Bryan sudah rapih dengan pakaian sekolahnya.Ia akan pergi kesekolah pagi sekali, jadwal UN nya Bryan kebagian pagi. Makanya dia sudah stay dimeja makan.

Gibran Zaidan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang