chapter 46

12.5K 795 231
                                        


****

"GIBRANN!"

Pekik Bryan, sontak saja Dava yang menemani Bryan diruangan inipun tersentak dan menghampiri Bryan yang terlihat panik dan cemas.

"Kak," lirih Dava.

"Dava adik gua mana!?" sentak Bryan dengan wajah yang cemas.

"Kak..Gib.."

"Dia gak papa kan, Dap? Gua tadi mimpi kan? Dia gak ketabrak mobilkan?" pekik Bryan menguncangkan kedua bahu Dava yang nampak pasrah.

Dava menunduk.

"Dapp jawab!" lirih Bryan.

Bryan melepaskan kedua tangannya dari kedua bahu Dava dengan lemas. Bryan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan bercat putih ini.

"Jadi bener?" tanya Bryan dengan lirih.

Dava mengangguk pelan.

"Iya,," balasnya singkat.

"Terus kenapa gua bisa ada disini?" tanya Bryan.Bryan menahan air matanya yang hendak jatuh, ia ingat kejadian tadi ia sangat ingat bagaimana tubuh sang adik terhantam truk dengan keras.

"Lo pingsan selepas nganterin Gibran masuk UGD," lirih Dava. Dava was-was ia takut Bryan kembali marah seperti apa yang dilakukannya sebelum pingsan.

"Gibran gimana?"

Ceklek

"Kakak,"teriak Reyhan dengan suara serak menahan air mata, Reyhan berlari kecil dan memeluk Bryan.

"Rey," panggil Bryan. Khawatir mendengar tangisan pilu Reyhan.

"Kenapa?" lirih Bryan.

"A Gi gak ada harapan hiks.. karena kecelakaan tadi membuat kondisinya parah dan ditambah dengan efek hiks kecelakaan tadi hikss," jlas Reyhan dengan pilu.

Dava yang menjadi saksi Reyhan jelaskan kepada Bryanpun nampak sedih, Gibran sahabatnya dan Dava tidak siap untuk kehilangan sahabatnya lagi.

"Dava, kita keUGD," ajak Bryan tergesa-gesa.

Dava yang juga ingin ketemu Gibran mengangguk walau tak bergairah.

Didepan UGD, terlihat Raya, Rian dan Oma yang sedang tertunduk.Raya yang menangis dipelulan Rian dan Rian yang terlihat putus asa.

"Ini salah oma!" sentak Bryan.

"Kalau saja Gibran gak nolongin oma, Gibran gak akan kayak gini!" sentak Bryan lagi.

Mendengar itu membuar Raya semakin histeris.

"Kak, bukan saatnya untuk saling menyalahkan, oke?" ucap Rian.

Reyhan terduduk disamping Raya dan memeluknya.

"Dava bagaimana?" tanya Rian kepada sahabat anaknya itu.

"Zafran dan Fajar segera kesini om, penabraknya juga udah nyerahin diri," jelas Dava.

"Yah, didalam ada siapa?" lirih Bryan.

"Mustika sama Devi, biarkan dulu." Bryan tertunduk.

Bryan tau gadis adiknya itu pasti terpukul, ayolah adiknya baru saja bahagia kenapa cobaan terus datang seperti ini.

"Mah, hiks Rey gak mau kehilangan  AGi. Kaka mau keAmrik dan kalau kakak keAmrik aku sama siapa"ringis Reyhan. Raya tak menjawab juga orang-orang yang mendengarkan tidak menjawab lagi.

***

"Jadi ini maksud ucapan kamu tadi siang?" tanya Devi menatap sendu wajah kekasihnya. Mustika dengan setia menemani Devi yang terlihat rapuh.

Gibran Zaidan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang