chapter 44

6.4K 592 38
                                    

"Gua gak percaya sama semua inin
," lirih Fajar diselingi air mata yang mengalir.

Zafran dan Dava menunduk pilu, mereka baru saja mengetahui bahwa Gibran keluar dari Klub Bola dan mengetahui alasannya.

Alasan itulah yang membuat mereka terpukul. Setiap kata yang Bryan jelaskan tersarang dipikiran mereka.

"Kenapa ya?" lirih Dava yang menatap sayu sepatunya.

Posisi mereka sedang berada diruang olahraga. Tersisa mereka bertiga paska rapat dadakan terjadi.

"Gua bener gak percaya kenapa bisa kayak gini. Kanker otak?yang bener aja," kekeh Zafran tatapan sayunya.

"Sebentar lagi pertandingan, dan ini tanpa Gibran?Astagfirullah," lirih Fajar.

"Ini bukan masalah pertandingan nya., ni tentang kondisi Gibran yang sekarang. Gua paham apa itu kanker otak bro, susah di sembuhin dan peluang itu sangat kecil," tekan Zafran dengan sedikit emosi.

"Kakak gua dokter, Bro.  Dia sering nangani pasien kanker. Gua paham seganas apa itu kanker ngeregoti tubuh manusia," lirih Zafran.

"Lo ingat, awal pertemuan kita. Gua sempet cerita kalau gua sempat sakit keras kan? Lo tau gua sakit apa?"

"Gua kanker juga bro!" lanjut Zafran.

"Gua kanker darah."

"Kalau lu bisa sembuh kenapa Gibran enggak?" tanya Dava.

"Ini kanker otak bron" lirih zafran.

"Mau seganas apapun itu penyakit, kalau dia ditakdirkan sembuh ya sembuh, Ran. Lo  meragukan kesembuhan Gibran?" tanya Fajar

"Gak gitu guys manusia hanya bisa berharap,bberharap boleh tapi jangan membuat kalian tenggelam karena harapan kalian sendiri harapan yang belum jelas akan terharapkan," jelas zafran.

"Maksud lo?"

"Kalian akan paham apa kata gua, gak sekarang tapi nanti," ucap Zafran.

Mereka terdiam, hening tidak ada pembicaraan lagi.

"Selama ini gua sama Gibran, apa apa gua sama dia. Gua tau keluh kesahnya gua merasa gagal baru mengetahui ini sekarang,' ucap Fajar dengan pilu.

"Lo pikir lu doang yang berpikir kayak gitu?" balas Dava tak kalah pilu.

"Jangan sekali-kali menampakan wajah sedih dihadapan Gibran. Gua ngerasa sendiri bertapa sakitnya melihat orang yang kita sayang menampakan wajah sedih dihadapan kita.."

"Dulu gua selalu sakit melihat mamah papah gua ketika memasuki kamar rawat gua dengan wajah sedih dan terlihat putus asa, jatuhnya down dan bermasalah sama kondisi," jelas Zafran.

"Gua ngerasa gak akan hidup sampai sekarang, ternyata Tuhan ngabulin doa mamah papah gua buat kesembuhan gua. Dan ini tugas kita, berdoa buat Gibran, soal hasil kita serahin sama yang diatas."

"Paham?" Dava dan Fajar mengangguk paham apa yang dijelaskan Zafran.

Kalau Zafran bisa sembuh kenapa Gibran tidak?

"Tugas kita buat berdoa dan ngasih semangat, oke?"

"Thanks."

Zafran memang lebih santai dan telah paham.

***

"Apa yang sakit?":tanya Raya.;Gibran menggelengkan kepalanya.

"Mamah jangan sedih terus, selama ada mamah disini aku akan baik-baik aja," kata Gibran.

"Janji berjuang buat Mamah?" Gibran mengangguk.

"Aku punya alasan mengapa aku mau berjuang,bpertama mamah," ujar Gibran yang membuat Raya tersenyum manis

Gibran Zaidan || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang