"Reyhan, kok makan sendiri sayang?" tanya Rian.
Rian baru saja pulang dan mendapati Reyhan yang sedang makan diruang keluarga sembari menonton televsi.
"Ayah mau?" tanya Reyhan menyodorkan mangkuk yang berisikan sup itu.
Rian menggelengkan kepalanya. "Jawab dulu pertanyaan ayah, kenapa makan sendiri?" tanya Rian.
Rian duduk disebelah Reyhan, untuk menemani sibungsu untuk makan.
"Mamah dikamar A Gibran, A Gibran sakit katanya."
Rian manggut-manggut. "Kenapa kok sakit lagi?" tanya Rian.
"Gak tau, aku kan bukan Tuhan." .Rian hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Reyhan.
Yang membedakan Reyhan dari ketiga saudaranya ya ini, Reyhan yang polos dan berbicara seenaknya.
"Yaudah terserah kamu aja. Habisin makannya, Ayah kekamar Gibran dulu," ucap Rian mengacak rambut Reyhan.
Rian menaiki tangga dan langsung kekamar Gibran untuk melihat keadaan anak itu yang barusan di kabatkan sakit.
Ceklek
Dikamar itu terdapat Gibran, Bryan yang sedang memijit kaki Gibran dan Raya yang sedang menyuapi bayi besar gitu.
"Anak Ayah kenapa lagi ini?" tanya Rian yang langsung duduk ditepi kasur Gibran.
Bryan menyalimi sang ayah yang sisusul oleh Gibran, setelah itu Raya tentu saja.
"Anak kamu nakal, ujan-ujanan sama sang kekasih," sindir Raya yang dibalas delikan kesel oleh Gibran.
"Ujan-ujanan ajak orang lain. Gimana kalau dia sakit?" kata Rian.
"Dia mah strong Gah. Gak kayak Gibran hhe," kekeh Bryan mencibir.
"Udah panggil dokter?" tanya Rian pada Raya.Raya menggelengkan kepalanya.
"Nunggu kamu dulu, aku kan gak punya nomer dokternya, biasanya kamu yang ngesave," kata Raya
"Siapa yang susah kalau disuruh ngesave nomer dokter hem?" tanya Rian, Raya terkekeh.
"Gak usah kedokter, orang cuma masuk angin doang," kataGibran walaupun nada pelan namun terdengar oleh tiga manusia itu.
"Panggil aja Yah, Gibran muntah-muntah juga, panasnya panas banget," ujar Bryan.
"Udah dikerok sama Mamah, gak usah lebay," balas Gibran dengan ketus.
"Lo pikir gak bosen berurusan sama dokter terus."
"Ya makanya jangan sakit," kataBryan.
"Yah suruh dia pergi," Kesal Gibran. Dari tadi Bryan ngoceh terus ngebuat Gibran sendiri makin pusing dengan ocehan yang dilontarkan oleh Bryan.
"Bryan jangan gitu ,sayangin adiknya bukan diomelin terus," ujar Raya.
"Ya habisnya susah banget diperiksa dokter, gak akan disuntik juga paling dikasih obat, udah kan," cerocos Bryan.
"Gua yang diperiksa lo yang makan obatnya,mau?" sewot Gibran.
"Ogah."
"Bryan udah jangan diganggu terus adiknya, lagi sakit juga mending kamu belajar sana," tegur Rian.
"Capek yah belajar terus, disekolah belajar ditempat les belajar masa dirumah belajar lagi."
"Yaudah jangan mau kuliah di Harvard kamu," tukas Rian.
"What??! Okay aku belajar yah! Bye bye adik laknat," ucap Bryan yang langsung ngacir.Rian hanya terkekeh.
"Gimana keadaan kamu, hem?" tanya Rian lebih serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Teen FictionSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-