***"Gua kira mamih papihnya papah Agas akan jahat sama kita," ucap Reyhan ketika mereka kembali kerumah setelah makan malam.
"Apalagi gua yang udah ketakutan dari awal," keluh Gibran yang baru saja selesai mandi. Dikamarnya memang terdapat Reyhan, sipenganggu gak akan lama lagi juga Bryan nongol.
"Iya sih ketara banget bwahahah."
"Tawa aja lo," ketus Gibran membanting anduk basah kemuka Reyhan.
Ceklek
"GIBRAN KENAPA ANDUKNYA DILEMPAR?" geriak seseorang yang tak lain adalah Raya, sang pembuka pintu.
"Hehe," kekehnya sambil memamerkan gigi putihnya.
"Tau tuh, Mah," adu Reyhan dengan bibir mengerucut.
"Kamu ini kebiasaan Gibran," kesal Raya
"Iya Mamah, aku minta maaf. Lagian Reyhan tuh masa ngetawain aku, gak terimalah aku," kesalnya Bryan.
"Namanya juga adek,"ketus reyhan.
Raya mengjela nafas, sudah tak biasa tentang kehebohan dari anak anaknya ini.yang pasti lebih waras Bryan, terkadang sih.
"Kalian ini malem-malem ribut terus kerjaanya,bikin pusing," kesal Raya yang sedang sensi, mungkin bawaan bayi.
"Ya maaf," ucap mereka berbarengan.
"Yaudah ah terserah kalian, turun semua kebawah dan pergi dari rumah. Pulangnya bawain mamah harumanis 5, titik," kesal Raya yang langsung membanting pintu kamar Gibran.
"Rusak deh pintu gua," gumam Gibran
"Mamah ngidam ya, A?" tanya Reyhan dengan muka yang sangat polos, minta ditepak keangkasa
"Emang gua, Mamah?"
"Gua kan nanya siapa tau aja Aa tau."
"Ah bodo, mending kita cepet kebawah, kita kepasar malam," ajak Gibran yang langsung diangguki Reyhan.
"Rey bawa dulu jaket ya." Gibran hanya berdehem dan membiarkan Reyhan pergi kekamarnya untuk membawa jaketnya.
Gibranpun memgambil jaketnya dan memakaikannya pada tubuhnya sembari melangkahkan kakinya kearah tangga.
"Mau kemana, Gi?" tanya Bryan yang berpapasan diarea jalan tangga
"Mamah ngidam, suruh gua sama Rey pergi buat beli arumanis."
"Lo mau kepasar malem?"ntanya Bryan.Dengan kesal Gibran mengangguk.
"Gua ikut," pekik Bryan.
"Taro aja dulu tuh buku, pening gua liatnya," ucap Gibran yang kembali meninggalkan Bryan untuk turun melalui tangga.
Ya kali loncat, mati dong? Wkwkwkwk.
"Dasar laknak," gumam Bryan yang menuju kamarnya untuk menyimpan bukunya, dia habis dari perpustakaan rumah.
"Mau kemana Gibran?" tanya Rian yang lagi lagi berpapasan, entah dari mana sang ayah muncul, Gibran aja sampe kaget
"Eh Ayah."
"Iya ini Ayah, mau kemana? Udah rapih lagi? Mau malam sabtuan kamu? Jomblo aja banyak gaya"sindir sang ayah
"Dih enak aja, jomblo bahagia yah,dari pada punya cewek. Masalah terus,vcewek kan ribet,";kata Gibran dengan songong.
"Enak aja kalau ngomong, tapi emang bener sih," kekeh Rian.
"Nah."
"Terus kamu mau kemana ini hah?" tanya Rian yang belum dijawab juga oleh Gibran
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Ficção AdolescenteSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-