"Dev, lo jadian sama Gibran kapan?" tanya Natasya menghampiri Devi yang sedang menyatat catatan kemarin yang belum selesai.
"Emang kenapa?" tanya Devi membalikan pertanyaan itu.
"Secara langsung lo nikung gua," gumam Natasya. Bisa didengan Mustika yang juga ada disebelah Devi.
Devi tertengun, iya melepaskan pulpen yang ia pegang dan menatap instens kearah Natasya.
"Maksud lo?" tanya Devi tak mengerti.
"Gua rasa kedatangan lo sekolah disini jadi benalu," ucap Natasya. Walaupun terkesan santai namun setiap kata yang ia ucapkan terkesan tajam.
"Gua bener-bener gak ngerti apa yang lagi lu ucapkan Na," Kata Devi.
Kelas lagi sepi karena siswa-siswi kelas ini sedang istirahat.nDikelas hanya ada Natasya, Mustika dan tentu saja, Devi.
"Lo nyadar gak sih bahwa lo udah rebut Gibran dari gua," ucap Natasya.
"Natasya kenapa lo jadi kayak gini?" Bukan Devi yang berbicara, melainkan Mustika.
"Diem! Ini urusan gua sama Devi," tajam Natasya.
Mustika tak tinggal diam,bdia rasa akan ada hal yang tidak beres, dengan cepat iya mengambil ponselnya dan mengirim pesan pasa Gibran dan Bryan.
Mustika: kak Bryan, kekelas gua sekarang ya. Devi dilabrak sama Natasya.
Mustika: Gib, mending lo balik lagi kekelas. Cewek lo di amuk si Natasya.
"Gua rebut Gibran dari lo? Sedangkan gua aja gak tau hubungan lo sama Gibran apaan," balas Devi yang akan emosi.
"Gibran itu cowok pertama yang gua suka disini! Dan Gibran juga cinta sama gua, tapi gara-gara orang tua gua jodohin gua sama Bryan. Gua gak jadi milikin dia, dan sekarang lo rebut dia dari gua," teriak Natasya.
"Na kenapa lo marah-marah sih," tegur Mustika yang sudah was-was.
"Gua gak rebut Gibran dari lo!" keukeuh Devi.
"Persetan!" umpat Natasya.
"Pokonya gua gak suka lo deket-deket terus sama Gibran," tekan Natasya.
"Natasya! Lo gila?" sentak Mustika.tak habia pikir dengan sahabatnya ini.
***
"Sialan," umpat Gibran mengebrak mejanya.
Posisi mereka sedang berada dikantin, menyantap bakso yang mereka pesan. Tiba-tiba ada pesan masuk dari ponsel.
"Ada apa Gi?"tanya Zafran, yang menyadari raut wajah Gibran yang tak bersahabat.
"Cewek gua dilabrak."
"Kenapa cewek lo?" Potong Fajar.
Gibran berdiri dan menyimpan ponselnya pada saku celana abunya.
"Dilabrak cewek Bryan! Gak habis pikir gua sama dia, maunya apa coba," Keluh Gibran yang langsung berlari kecil.
"Kita samperin," ajak Dava serius. Bodo amat bakso yang masih banyak.
"MANG NGUTANG DULU YA," teriak Fajar.
"Dasar gak ada akhlak lo," ketus Zafran.
"MANG ZAFRAN JUGA NGANJUK DULU."
"Ngaca!" ketus Fajar.
"Udahlah ayo." Dava menyeret kedua sahabatnya. Untuk mengejar Gibran yang mungkin berlari kearah kelas mereka.
Gibran sendiri telah ngacir sampai hampir bertabrakan dengan Bryan yang juga belari dari arah lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibran Zaidan || END
Novela JuvenilSquel Gibran || Book Dua ||Sedang Revisi "Hidup dengan harapan, namun dikalahkan oleh harapan, lantas?" 11 Mei 2020-19 Agustus 2020 2 januari 2022-