Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Tangan berurat itu mulai melancarkan aksinya, tiap jengkal tubuh wanita yang tengah berbadan tiga itu, tak luput dari jamahannya. Mulai dari leher jenjang nan putih, lalu turun ke dada berisi yang mulai memproduksi air susu itu. Naruto menikmati setiap jengkal jamahannya, dengan wajah yang enggan menjauh dari ceruk leher Hinata.
Hingga tanpa sadar gerakannya menurun dari sepasang gundukan buah persik itu, tangannya berada tepat di atas perut yang mulai membuncit itu. Gerakannya terhenti, sesuatu dari dalam buntalan itu bergerak menyambut telapak tangannya. Gerakan lembut yang hilang timbul itu sontak membuat Naruto mengalihkan tubuhnya dari ceruk leher Hinata. Ia kembali terduduk, tangannya masih bertahta di permukaan perut itu, gerakan halus dari dalam perut itu membuat safir birunya membulat. Ia merasakan gerakan bayi-bayinya.
Entah kemana hasrat birahinya yang tadi menggebu, perhatiannya kini terfokus pada perut yang menampung benihnya. Tangannya mengusap lembut permukaan perut itu, Naruto dapat merasakan dari balik dress itu perut Hinata bergelombang lembut. Ia merasakan, merasakan pergerakan bayinya, bahkan ia sama sekali tidak tahu bahwa yang ia rasakan adalah pergerakan janinya untuk pertama kalinya.
Tanpa ia sadari bahwa ia telah merebut hak Hinata merasakan pergerakan janinnya untuk pertama kalinya, akibat perbuatannya membius Hinata hingga wanita hamil itu tak sadarkan diri, dan tak dapat merasakan pergerakan janinnya untuk pertama kali. Atau mungkin bayi kembar itu memang ingin sang ayahlah yang merasakan pergerakan mereka untuk yang pertama kalinya.
Hasrat biadab itu sudah ia lupakan, kini ia seperti anak kecil yang baru saja menyentuh air untuk pertama kalinya. Hampir sepuluh menit tangannya enggan melepaskan elusan dari perut buncit Hinata, kendati pergerakan itu tak ia rasakan lagi.
Mata birunya menatap takjub tak percaya melihat secara langsung keajaiban itu, di dalam tubuh Hinata tumbuh bagian dari dirinya, bagian dari dirinya yang ingin ia lenyapkan dan ia tolak mentah-mentah. Naruto tersenyum mengejek dirinya sendiri bila mengingat hal itu, ia menunduk, menempelkan pipi dan telinganya pada perut buncit Hinata. "Gomenasai.... Aka-chan...." Ucapnya lirih, tanpa sadar air mata meleh dari safir birunya, membahasahi bagian perut Hinata.
"Ngggghhhh..." Suara lenguhan Hinata membuat Naruto tersadar dari buaian sang jabang bayi. Ia terduduk dan menatap raut tak nyaman dari Hinata, betapa bodohnya dia, kandungan Hinata mulai membesar, dan ia menahan Hinata berbaring dalam posisi terlentang. Hal itu bisa membuat sang ibu sesak nafas.
Naruto mengambil satu bantal guling empuk dan meletakkannya di sisi kiri tubuh Hinata, dengan perlahan ia memiringkan tubuh Hinata ke kiri. Yang ia tahu dari membaca artikel di internet bahwa wanita hamil sejak dini harus dibiasakan tidur menghadap kiri agar bayinya bisa dengan mudah mencari jalan lahir nanti.
Setelah dengan amat hati-hati ia mengharapkan tubuh Hinata ke arah kiri, ia lalu memastikan guling yang ia letakkan di sisi kiri tubuh Hinata benar-benar menyangga perut buncit Hinata. Namun raut wajah wanita itu masih nampak tak nyaman, dan hal itu membuat Naruto memperhatikan tubuh Hinata. Ia meneguk ludahnya kasar, sepasang gundukan buah persik Hinata nampak menyembul sesak seolah meronta minta dilepaskan.
Naruto sadar, bahwa bra yang menyangga sepasang gundukan itulah yang membuat Hinata tak nyaman dan terlihat sesak nafas. Ia menarik nafas menahan diri, merogoh bagian leher pakaian hamil Hinata, ia membuka kaitan bra yang menyesakkan itu, dan perlahan memasukkan talinya ke satu persatu lengan Hinata, hingga bra itu terbebas sempurna. Hinata menyamankan posisi tidurnya, ia menggeliat kecil, hingga mengundang senyum terukir di bibir Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
FanfictionHinata berharap semua ini adalah mimpi, ia ingin segera terjaga, namun semua hal yang ia alami adalah kenyataan... Ia sedang mengandung, ya... Ia sedang mengandung benih dari pria yang paling ia cintai Namun ia dicampakkan, pria itu sama sekali tak...