Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
"Siapapun tolong bayiku....!!!" Suara pilu setengah menangis itu menggema, Hinata benar-benar ketakutan melihat telapak tangannya yang dibasahi darah bersamaan dengan bagian bawah dress hamilnya yang dibasahi oleh cairan merah segar.
Bogem mentah itu urung dilayangkan, Naruto menolehkan kepala kuningnya ke belakang, Hinata jatuh setengah terduduk, dan hampir terlentang akibat sentakannya. Iris birunya seketika membulat ketika darah segar mengalir dari pangkal paha wanita hamil itu.
"Hinata....!!!" Ia bangkit dan berusaha mendekat pada wanita yang sedang mengandung benihnya itu.
Sementara itu, Hinata hanya mampu mengatupkan matanya erat, tangannya mengusap kasar permukaan perutnya yang membesar itu, guna mengurangi rasa nyeri dan keram yang menyerang bersamaan. Namun gagal, sakit itu semakin menyiksanya, tubuhnya kian lemas, hampir saja kepalanya ia geletakkan di lantai, karena tak kuasa menahan rasa sakit. 'Tidak Kami-sama... Jangan biarkan hal buruk terjadi pada bayiku.....' Pintanya dalam hati.
Namun sebuah sanggahan empuk ia peroleh dari permukaan kulit Naruto, pria itu mempergunakan telapak tangannya untuk menopang kepala Hinata. Dengan perlahan ia mendudukkan Hinata, mimindahkan tangannya yang tadi berada di kepala Hinata ke punggung wanita hamil itu, menyanggah keseimbangan wanita itu, sementara tangannya yang lain ia selipkan pada lipatan bawah dengkul Hinata.
Hinata merasakan tubuhnya melayang, Naruto menggendong Hinata ala pengantin di hadapan seluruh mahasiswa kampus. Bisik-bisik mulai terdengar memperbincangkan mereka. Namun Naruto menutup telinganya, baginya yang terpenting saat ini adalah keselamatan pewaris terakhirnya yang bersemayam dalam rahim Hinata, dan Hinata sendirilah.
Di sisi lain, tak ingin berpangku tangan, Toneri akhirnya bangkit dalam keadaan babak belur akibat pukulan Naruto. Ia mengejar Naruto yang berlari menuju parkiran mobil.
...
"Pakai mobilku saja!" Toneri menyamakan langkah dengan Naruto sambil terengah.
"Bukan urusanmu!" Pandangan Naruto lurus ke depan, ia mempercepat langkahnya agar bisa dengan cepat di area parkir.
"Mustangmu tak memiliki tempat duduk yang nyaman di belakang, sekali ini saja, dengarkan aku. Pakai mobilku, dan aku yang akan mengemudi, kau menjaga Hinata di belakang."
Naruto menghentikan langkahnya sejenak. Ia memandang wajah Hinata yang pucat pasi, juga darah yang mengalir deras dari lubang rahim wanita hamil itu. Mau tidak mau, Naruto akhirnya mengangguk menerima tawaran Toneri.
...
Brankar itu didorong cepat, raut ketakutan tak dapat sirnah sedetikpun dari wajah Naruto, tangannya bergetar sambil mendorong brankar menuju ruang gawat darurat.
"Maaf tuan, anda tidak bisa masuk." Suara perawat menginterupsinya. Langkahnya terhenti sementara brankar yang membawa Hinata terus di dorong, dan masuk ke dalam ruang gawat darurat. Tanpa seizin Naruto ruangan itu ditutup, dan membuat darahnya semakin mendidih
"Aku ayah dari bayi yang dikandungnya!" Naruto berteriak di hadapan perawat itu.
"Maaf tuan, tapi pasien dalam keadaan kritis, tidak ada yang diperbolehkan masuk selain dokter." Ucap sang perawat ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
FanfictionHinata berharap semua ini adalah mimpi, ia ingin segera terjaga, namun semua hal yang ia alami adalah kenyataan... Ia sedang mengandung, ya... Ia sedang mengandung benih dari pria yang paling ia cintai Namun ia dicampakkan, pria itu sama sekali tak...