11. Pernyataan Cinta

5.7K 501 123
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata


"Kau yakin masih ingin datang ke malam inagurasi mahasiswa baru...?" Sai membuka kaleng minuman soda nya lalu duduk di samping Naruto, di kedai milik Chouji. Sejak kejadian tempo hari dimana Naruto dipukuli babak belur, ia sudah enggan menginjakkan kaki di kedai Neji, setidaknya belum, nanti jika dia sudah benar-benar bisa benar-benar mencium Hinata di depan mata Neji.

Naruto mengangguk singkat, ia meraih rokok dan korek dari tas ranselnya, melipkan gulungan tembakau itu di bibirnya, lalu menyalakan pemantiknya. "Aku punya rencana besar malam ini."

"Kau mau menyatakan cintamu pada Hinata?"

"Begitulah." Jawab Naruto datar.

Dahi Sai berkerut, tak ada rona bahagia, atau senyuman tipis dari raut Naruto, berbeda dengan beberapa hari lalu saat Hinata masih menjalani test masuk universitas ini.

"Kau tampak tak bahagia?" Akhirnya Sai, menanyakan pertanyaan yang selama ini tertahan di tenggorokannya. Sudah satu Minggu Sakura tak terlihat di kampus bersamaan dengan kekasihnya yang pergi mengikuti program pertukaran mahasiswa di Belanda.

"Biasa saja." Jawab Naruto kembali datar.

"Apa ini ada hubungannya dengan Sakura sedang sibuk kerja praktek." Mereka semua tahu bagaimana Sasuke dan Sakura melakukan semua hal lebih dahulu dibandingkan mahasiswa lain, mereka ingin cepat-cepat menyelesaikan pendidikan agar dapat segera menikah, dan mendengar Sakura yang memulai kerja prakteknya lebih dahulu dari yang lain, bukan lah asing.

Sebuah alasan yang Sakura pesankan pada Naruto, jika teman-teman mereka menanyakan keberadaannya. Sakura mengambil cuti kuliah selama satu smester, ia tak tahu akan melanjutkan kuliahnya kembali di Tokyo University atau tidak. Yang jelas, Sakura belum siap jika semua temannya mengetahui kelumpuhannya.

Tapi yang membuat Sai bingung adalah, hubungan Naruto yang kian dekat dengan Hinata, namun saat mereka berdua tak bersama, tak ada lagi Naruto yang beberapa hari lalu tampak antusias membicarakan gadis berponi rata itu.

"Sai, dimana Ino?" Naruto menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tahu keberadaan kekasih sahabatnya ini. "Biasanya dia selalu menempel padamu?"

Sai tersenyum tipis, menganggap Naruto sedang mengalihkan pembicaraan. "Ino, mungkin sebentar lagi akan datang, dia tidak ada kelas pagi."

"Kalian membicarakanku?" Pucuk dicinta ulam pun tiba, Ino duduk datang dan langsung mengambil tempat duduk di samping Sai.

Senyuman penuh kebusukan terlengkung di bibirnya, rencananya besok malam akan berjalan mulus. Ia merogoh saku celana jeans-nya dan mengeluarkan ponsel dengan logo apel di belakangnya.

"Hime..., Bisa kau kedai Akimichi, sekarang."

Hime? Dahi Sai berkerut mendengar panggilan tuan Puteri yang Naruto tujukan untuk seseorang di ujung telepon itu. Jika memang gadis itu adalah Hinata kenapa nada bicara dan mimik wajahnya berbeda.

Analisa Sai memang tajam, Naruto menyampaikan kata-kata yang manis dari bibirnya, namun raut wajah bosan dan tampak tak tertarik itu benar-benar kentara di wajahnya.

...

Hinata merasa bersyukur, karena Naruto mengajak bertemu di kedai Akimichi yang terletak di kantin timur kampus. Ia tidak tahu bagaimana menolak permintaan pemuda itu, jika saja Naruto memintanya bertemu di kompleks kantin barat, sekalipun bukan di kedai Neji, jika masih berada di satu kompleks kantin yang sama, Hinata benar-benar takut jika insiden kemarin akan kembali terulang.

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang