41. Jatuh Di Lubang Yang Sama

4.6K 652 153
                                    

Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

"Jangan ganggu kami lagi." Masih mempertahankan raut wajah dinginnya, Hinata masih enggan kembali menatap safir biru Naruto, ia takut, ia takut kembali terperdaya dengan tatapan mengiba Naruto, tidak ia tak ingin kembali dibodohi, Naruto hanya menginginkan bayi di dalam kandungannya, setelah Toneri membeberkan bahwa pria pirang itu mengalami infertilitas, ia sekarang paham bahwa Naruto hanya menginginkan penerusnya tak lebih.

Naruto mengigigit bibir bawahnya, menahan sakit. Ya sakit yang sama sekali tak dapat ditembus oleh pandangan, hatinya begitu sakit, berulang kali Hinata melontarkan kalimat penolakan dan ketus pada dirinya, ia kini telah benar-benar kehilangan sosok Hinata yang begitu menghargai dirinya. "Ini mungkin yang terakhir... Aku tak akan menemui atau bahkan mendekat padamu lagi." Ia bangkit dari rouka, lalu berlutut di hadapan wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut.

Kepala pirangnya mendongak, berharap Hinata bersedia menatap safir birunya. "Tolong, izinkan aku mengecup mereka dan memeluk kalian, untuk yang terakhir kalinya."

Hinata tak mengeluarkan sepatah katapun, ia menghela nafas berat. Mengigit bagian bawah bibirnya perutnya mengencang hebat, bayi dalam kandungannya bergerak brutal. "Terserah." Jawabnya datar.

Naruto tersenyum tipis, ia menghadapkan wajahnya pada perut besar Hinata, menatap lekat buntalan besar yang sesekali menonjol akibat pergerakan dari dalam sana. Tangannya terulur, menyentuh tepat dimana tonjolan itu timbul, ia merasa bayinya merespon gerakan tangannya. Tanpa ia sadari air bening meleleh dari safir birunya, ingatannya melayang, beberapa bulan yang lalu  ia menyeret Hinata ke rumah sakit untuk melakukan kuretase untuk melenyapkan sepasang janin yang begitu menyambut kehadirannya.

"Maafkan Tou-chan...." Bibirnya bergetar lirih, saat pelan gumaman itu terdengar, namun Hinata dapat mendengarnya jelas.

Memilih memalingkan wajahnya, Hinata memilih untuk mengabaikan hati kecilnya. 'Tidak, kau tak boleh lemah Hinata, dia hanya menginginkan penerus, tak lebih.' Kemudian ia sedikit tersentak, tangan lebar Naruto melingkar di pinggangnya, lengkap dengan pipi Tan pria itu yang menempel pada perut buncitnya.

Bahu Naruto bergetar, rasa sesal dan berdosa merajai batinnya, dulu ia pernah berniat meninju perut itu dan hendak menghancurkan benih yang bergelung nyaman disana, tapi hari ini, setiap gerakan halus dari dalam rahim Hinata seolah tengah berusaha menenangkannya.

"Aku sudah memaafkanmu," Hinata melepas paksa tangan Naruto yang melingkar pada pinggangnya, "ku rasa sudah saatnya kau pergi."

...

"Kau yakin hanya ingin menikah di kuil?"

Hinata tersentak saat mendapati bahunya rangkul pelan, Toneri berada di sampingnya, mereka sedang berada di kuil saat ini, tempat yang nantinya akan meresmikan mereka sebagai suami istri, dalam hitungan hari lagi. "Kau tak malu mengadakan resepsi pernikahan dengan keadaanku yang seperti ini....?" Hinata menunduk seraya mengelus perut buncitnya.

"Mereka juga anak-anaku..." Toneri melingkarkan tangannya di pinggang Hinata hingga menggapai perut besarnya, mengelusnya sekilas, dan lagi-lagi Hinata merasa kebas pada bagian perutnya, si kembar menendang begitu kencang seolah melakukan penolakan pada Toneri yang menjamah mereka.

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang