Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Tepat saat ia membuka mata, aroma semerbak mengugah selera memenuhi indera penciumannya. Naruto duduk dari sofa yang hampir tiga bulan ini ia jadikan tempat tidur, menoleh ke arah dapur, dan mendapati istrinya tengah memasak. Ia tersenyum tipis, perutnya berteriak saat aroma masakan itu menembus ke hidungnya. Ia belum makan sejak siang, setelah dipecat dari perusahaan Uchiha ia menerima banyak tawaran menjadi stuntman di rumah produksi lain, lalu panggilannya menjadi badut juga sedang ramai-ramainya, belum lagi pekerjaan baru yang menguras hampir seluruh tenaganya, menjadi petarung liar.
Namun ia menunduk, menahan kecewa, ia tahu Hinata hanya memasak untuk dirinya sendiri.
"Mandilah, aku sudah siapkan air hangat, setelah itu sarapan."
Naruto mendongak tidak percaya, menoleh ke arah Hinata, dan menatapnya dalam. Apa ia sedang berhalusinasi saat ini.
"Kenapa menatapku seperti itu.... Cepat mandi, airnya bisa dingin, lalu sarapan."
Kendati masih fokus pada kegiatannya membentuk adonan gyoza, Naruto tahu itu adalah suara Hinata dan bukan halusinasinya. Hinata memasak air hangat untuknya dan memasak sarapan untuknya.
Senyum mengembang dari bibir merah kecokelatannya, rasa sakit akibat tubuhnya yang remuk redam sirnah seketika, senyum tipis Hinata yang ditujukan untuknya, suara lembut Hinata yang dipedengarkan untuknya, dan yang lebih penting, perhatian yang dihadiahkan untuknya menghapus semua perihnya. Perjuangannya tak sia-sia Hinata bersamanya.
...
"Makanlah..."
Naruto menggaruk tengkuknya kikuk ketika keluar dari kamar, Hinata masih setia duduk di depan meja makan, menunggunya. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan Hinata. Tak sampai disitu, keterkejutan Naruto semakin bertambah, Hinata menyendokkan nasi dan meletakkan lauk di piring lalu menyodorkan padanya.
Ia mencuri pandang, namun dengan cepat Hinata menunduk. "Hari ini tak perlu mengantarku ke kampus, aku sudah cuti.." ucap Hinata seraya tetap menunduk sembari mengambil se sendok nasi untuk dirinya. "Aku juga menambah jadwal senam hamil, tiga hari dalam sepekan, dan dimulai hari ini."
Kelopak mata cokelat Naruto berkedip berkali-kali, ini adalah kalimat terpanjang yang Hinata ucapkan tepat di hadapannya setelah mereka menikah.
"Kau tak perlu khawatir, hari ini aku bisa pergi sendiri naik taxi." Jawab Hinata yang mengira Naruto enggan direpotkan olehnya.
"Maaf..." Satu kata lolos dari bibir Naruto. "Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini." Ia tidak bohong, hari ini ada take video adegan jatuh dari kuda yang harus ia kerjakan, lalu menjadi badut di acara peresmian minimarket baru. Namun beruntung malam ini tak ada jadwal tarung liar untuknya. "Tapi kupastikan aku akan menjemputmu nanti, setelah itu kita pergi membeli perlengkapan bayi..." Naruto menjeda kalimatnya, ia merasa terlalu banyak bicara dan takut Hinata akan bosan. "Jika kau mau..." Ia juga tak ingin memaksa Hinata menghabiskan waktu bersamanya.
"Terserah."
Naruto tak dapat menutupi perasaan bahagianya yang berbunga-bunga walau hanya jawaban singkat yang keluar dari bibir tipis Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
FanfictionHinata berharap semua ini adalah mimpi, ia ingin segera terjaga, namun semua hal yang ia alami adalah kenyataan... Ia sedang mengandung, ya... Ia sedang mengandung benih dari pria yang paling ia cintai Namun ia dicampakkan, pria itu sama sekali tak...