Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Srakkk
Wajah Neji merah padam, ia menyobek foto hasil USG itu menjadi dua, berdiri dari kursinya, Neji menarik jas putih Kabuto dengan penuh amarah.
"APA MAKSUDMU HAH???!!!!"
"A..... adik anda hamil, sa....satu bulan." Jawab Kabuto dengan raut ketakutan.
"Neji!!!! Kendalikan dirimu!" Hiashi berdiri, menarik bahu puteranya, untuk menghentikan kebrutalan itu.
"Hhhhhh...." Neji terengah mengatur nafasnya, ia melepaskan Kabuto, bukan karena tenaga Hiashi yang melebihinya, tapi ia takut terjadi sesuatu hal buruk pada sang ayah.
"Maaf dokter, mungkin anda salah...." Hiashi menuntun Neji duduk, pria paruh baya itu nampak ragu dengan informasi yang baru saja diberikan oleh dokter, "kami tahu betul bagaimana Hinata, dia tak mungkin...."
Kabuto duduk di kursi kerjanya sambil membenarkan jas putihnya. "Ada banyak gadis baik seperti putri anda yang menjadi korban pergaulan." Kabuto mengatur nada bicaranya agar tetap terdengar tenang. "Saya hanya menyampaikan informasi medis lebih dari itu, sebaiknya semua diselesaikan secara kekeluargaan."
...
Kelopak mata putihnya mengerjap pelan, sinar putih menerpa indra penglihatannya ketika mutiara lavender itu terbuka sempurna. Bau obat yang menyengat hidungnya, membuat ia tersenyum kecut ketika telah memperoleh kesadarannya secara sempurna. 'Aku di rumah sakit....'
Hinata menolehkan kepalanya ke sisi kanan, ada Tenten, wanita yang beberapa jam lalu resmi menjadi kakak iparnya.
"Hinata, kau sudah sadar?" Wanita bersurai cokelat itu menyudahi kegiatan melepaskan pernak-pernik pernikahan di kepalanya, ia menggelung asal rambut sebahunya sembari berjalan ke arah ranjang pasien. Hinata menempati ruang perawatan kelas dua, dimana terdapat dua pasien di dalam satu kamar yang di pisahkan oleh tirai biru.
Wanita itu mencoba duduk, lalu dengan sigap sang kakak ipar membantunya. "Kau pingsan saat di kuil..." Ucap Tenten lirih seraya meraih gelas bening berisi air mineral di nakas samping meja pasien lalu memberikannya pada Hinata. "Neji dan Tou-sama sedang menemui dokter untuk membahas soal kesehatanmu.
"Uhukkk.." Ia tersedak kala tengah menenggak beberapa teguk air mineral yang disodorkan sang kakak ipar.
"Pelan-pelan Hinata..." Tenten mengelus punggung Hinata pelan.
Hinata menatap Tenten dengan tatapan yang sulit diartikan, batinnya berkecamuk, memikirkan nasib dirinya dan bayinya setelah Neji dan ayahnya tahu tentang berita kehamilannya. 'Apa Tou-sama dan Neji-nii sudah tahu kehamilanku...'
...
Nafas Neji memburu hebat, dari balik tirai biru dimana sang adik tengah beristirahat, ia mencoba sekuat tenaga menahan emosinya.
"Neji," tepukan di bahunya membuat pria bersurai panjang ini menoleh. Tatapan memohon dari Hiashi, ia tak sanggup melihatnya. Wajah tua renta dengan guratan keriput itu begitu terpukul. Ia patut bersyukur pada sang pencipta bahwa ayahnya tak mengalami serangan jantung saat mendengar kehamilan anak kesayangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/219164424-288-k38399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
FanfictionHinata berharap semua ini adalah mimpi, ia ingin segera terjaga, namun semua hal yang ia alami adalah kenyataan... Ia sedang mengandung, ya... Ia sedang mengandung benih dari pria yang paling ia cintai Namun ia dicampakkan, pria itu sama sekali tak...