Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Naruto tersenyum geli ketika melihat Hinata terperangah saat berhadapan dengan Lamborgini oranye hitam miliknya. Ia berjalan ke arah pintu membukanya dan mempersilahkan gadis itu masuk.Hinata diam terpaku. Ia tak pernah naik mobil semahal ini sebelumnya. "Menunggu apa Hime, naiklah..." Iris biru itu melirik pada kursi di samping kemudi yang dikhususkan untuk si gadis.
Entah sudah berapa kali pipinya bersemu merah, Hinata sudah tak bisa menghitung lagi, lebih-lebih dengan panggilan manis itu, mengingatkan Hinata dengan ayahnya yang selalu memanggilnya tuan Puteri. Ia melangkahkan kakinya pelan, dengan ragu kakinya menapak pada karpet di mobil itu, terasa lembut, Hinata menarik lagi kakinya, ia takut merusaknya, ia menatap takut pada Naruto, tapi pemuda itu tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa-apa..." Ucapnya lembut.
...
"Ichiran Restourant..." Hinata membaca plang restoran di hadapannya, ia meneguk ludah pelan.
Hinata tahu sejak dulu Naruto memang dikenal sebagai penggila ramen. Harusnya ia tak perlu terkejut jika Naruto mengajaknya ke kedai, ah bukan restoran ramen termahal di Jepang ini. Terletak di distrik Shibuya, restoran ramen favorit Naruto ini menyediakan mie berkuah lezat dengan harga fantastis, satu mangkuknya saja bisa setara dengan biaya makan Hinata satu keluarga selama dua hari.
"Hei, menunggu apa... Ayo masuk..." Rangkulan Naruto di bahunya menyadarkan Hinata alasan kenapa dia berada di warung ramen termahal ini.
"Ah... iya....," Hinata mengangguk seraya mengikuti Naruto yang berjalan di sampingnya.
...
"Classic Ramen dengan kuah kaldu..." Hinata menyebutkan pesanannya pada seorang pramusaji setelah cukup lama memilih, ia pusing dengan harga yang tertera disana, akhirnya ia memesan menu dengan harga yang paling murah. Tolong sadarkan Hinata dari kebodohannya.
"Kau menyukai tempatnya?" Naruto bertanya pada Hinata setelah sang pramusaji pergi.
Hinata mengangguk, pertanyaan macam apa yang Naruto layangkan, tentu saja ia sangat menyukai tempat ini. Gaya classic istana dinasti Edo membuat Hinata seolah kembali ke masa lampau, Hinata bahkan berpikir andai saja ia kesini dengan memakai kimono, pasti dia bisa mengambil beberapa foto.
"Naruto-kun... Ada yang sudah lama ingin ku sampaikan..." Suara Hinata mengalun lembut, mengalihkan kegugupan Naruto yang tengah meremas satu persatu jemari tangannya yang basah karena keringat, ia seperti bocah ingusan yang baru mengajak gadis berkencan. Ia seolah lupa bahwa sudah puluhan gadis yang ia renggut keperawanannya.
"Katakan lah..." Suara Naruto terdengar serak, ia merasa gugup, 'Apa Hinata akan mengungkapkan perasaannya, sial kenapa jantungku berdegup kencang...'
"Uhuk...!"
"Naruto-kun minum airnya..." Hinata sontak membuka botol air mineral yang tersaji di meja saat Naruto terbatuk. Ia tak tahu bahwa Naruto sengaja terbatuk agar bisa memegang dadanya yang bergemuruh hebat.
"Ah tidak apa... Kau ingin mengatakan apa tadi...?"
"Aku tahu ini sangat... Sangat terlambat.... Tentang orang tua Naruto-kun... Aku turut prihatin..."
![](https://img.wattpad.com/cover/219164424-288-k38399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
ФанфикHinata berharap semua ini adalah mimpi, ia ingin segera terjaga, namun semua hal yang ia alami adalah kenyataan... Ia sedang mengandung, ya... Ia sedang mengandung benih dari pria yang paling ia cintai Namun ia dicampakkan, pria itu sama sekali tak...