49. Demi Sang Penerus

7.3K 647 271
                                    

Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

"Kembar..." Ujar Karin takjub ketika layar monitor USG itu menampakkan isi perut Hinata.

"Apa keduanya lelaki?" Tanya Mito penuh ketertarikan. Senyum mengembang dari bibir keriputnya, ia memiliki penerus, dan ia pastikan anak Naruto kali ini akan menyandang klan Uzumaki, sebuah impiannya yang tertunda.

Karin menggeleng. "Satunya perempuan, dan kabar buruknya bayi laki-lakinya dalam posisi sungsang. Apa kita harus melakukan operasi caesar?" Tanya Karin seraya menggerakkan pendeteksi pada perut besar Hinata.

Mito menggeleng, "biarkan kontraksi hebat menyiksanya..." Nenek tua itu tersenyum bak iblis. "Aku tidak mau tahu, bayi laki-laki itu harus lahir dalam keadaan sehat, persetan dengan bayi perempuannya. Putar posisinya, pastikan kepala cicitku berada di jalur lahir. Aku ingin penerusku lahir lebih dahulu. Ingat Karin, bila anak laki-laki Naruto tidak selamat, semua fasilitas hidup mewahmu yang selama ini ku tanggung akan kucabut."

Mito berlalu meninggalkan Karin.

"Baa-san bagaimana dengan anak perempuannya?"

Mito berbalik, tersenyum iblis menanggapi pertanyaan Karin. "Biarkan dia membusuk di dalam perut ibunya, bunuh jalang itu setelah cicitku lahir."

...

Kelopak mata putihnya begitu berat untuk dibuka, kepalanya pening bukan main, ia paksa agar mutiara lavendernya melihat, namun ketika terbuka, kelopak mata putihnya kembali menyipit. Cahaya lampu yang terlalu menyilaukan menyambut pandangannya, bau obat yang menyengat memenuhi indera penciumannya.

Ia mencoba bergerak, namun sia-sia, rasa kebas mendera pada pergelangan tangan dan kakinya. Ia diikat dalam keadaan terlentang di atas ranjang, kedua tangannya diikat pada dua sisi kepala ranjang dan kakinya di lebarkan seperti huruf V terbalik dan diikat pada ujung kedua ujung ranjang.

Detik itu juga ingatannya terkumpul penuh, ia diculik oleh Mito dan Karin. Air mata langsung merembes dari pipi putihnya ia menggeleng kuat. "Tidak.... Aku tidak boleh berada disini...." Sekuat tenaga ia berusaha menggerakkan pergelangan tangan dan kakinya, namun sia-sia hanya rasa pedih dan panas yang muncul disana.

Kriet

Suara pintu besi terbuka, seorang wanita berambut merah dengan kacamata di matanya masuk. Lengkap dengan jas putih khas dokternya. "Sudah sadar rupanya...?" Tanyanya sambil tersenyum mengejek. Ia berjalan kian dekat pada tubuh terlentang Hinata.

Hinata bergedik ketakutan, gerakan tangan dan kakinya semakin kuat untuk melepaskan diri.

"Tak usah bersusah payah adik ipar..." Karin menepuk pelan pucuk kepala Hinata, membuat tubuh wanita hamil itu semakin menegang. Mulut Karin mendekat pada telinganya, "aku sudah mengikat kaki dan tangan mu kencang....." Tangannya lalu terarah pada perut besar Hinata dan mengusap pelan dengan gerakan memutar. "Sangat kencang...." Ia tersenyum bak iblis.

Bola mata Hinata membulat seolah akan keluar dari kelopak matanya, Karin menjauhkan wajahnya dari telinga Hinata, dan menatap tajam pada buntalan besar perutnya.

"Shhhhh...." Hinata meringis sakit bersamaan dengan gerakan dari dalam rahimnya.

"Wow...." Karin memandang takjub pada kulit berlombang Hinata yang menyambut tangannya. "Anakmu bergerak-gerak...." Ujarnya sambil tetap mengusap perut Hinata dengan gerakan memutar.

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang