44. Harga Diri Yang Terluka

5.4K 652 160
                                    

Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Tatapan safir biru itu kian menyalang, Naruto sudah tak dapat lagi menutupi rasa amarahnya, Hinata dapat merasakan itu cengkeraman jemari sang suami di lengannya kian menguat. Bahkan Naruto dengan sengaja mendekatkan wajahnya centi demi centi pada wajah Hinata.

"Hmmmmpppp..." Nafas Hinata tiba-tiba tercekat, Naruto melumat bibirnya sekilas, dan hal itu sontak membuat Neji terperanjat.

Hinata berusaha melepaskan ciuman kasar itu, ia memukul-mukul dada bidang suaminya itu, namun tak berefek apapun. Naruto seolah melampiaskan emosi dan amarahnya melalui penyatuan bibir mereka, bahkan ia sengaja menutup safir birunya dengan kelopak mata sewarna madu miliknya.

Namun ketika ia sedikit membuka matanya, ia mendapati mutiara ungu istri mungilny itu dibasahi air mata. "hhhhh...." Naruto menyudahi ciuman buasnya, ia mengatur nafasnya sejenak.

"Hhhhhh..." Tak jauh berbeda, nafas Hinata bahkan tersengal hebat, apa lagi dengan kondisinya yang kini tengah berbadan tiga.

Neji menarik nafas lega, Naruto punya cara tersendiri mendidik Hinata. "Naruto, aku percayakan adikku padamu," ia berbalik keluar, meninggalkan sang adik bersama suaminya.

"Neji-nii, aku ikut pulang!"

Hinata berniat menyusul Neji, namun tangan Naruto menariknya. "Tempatmu pulang adalah tempat dimana aku berada, Hime."

...

Hinata dengan terpaksa mengikuti langkah Naruto menuju Toyota Agya pemberian Kakashi yang terparkir di halaman kantor catatan sipil, kali ini ia memilih menurut pada Naruto, karena pria itu mengancam akan menciumnya lagi di tempat umum.

Naruto tengah memendam amarahnya, Hinata dapat membaca itu dari raut datar Naruto yang masih bisa membukakan pintu mobil untuknya. Setelah Hinata masuk, suaminya itu mengitari mobil lalu duduk di kursi kemudi, pria bersurai kuning itu langsung menyalakan AC dengan temperatur yang sangat rendah, sangat dingin. Wajar, mungkin Naruto ingin mendinginkan isi kepalanya yang hampir mendidih melihat kelakuan istrinya. Sementara Hinata memilih mendengkus tidak peduli sambil membuang muka.

...

Tak sepatah katapun terucap dari bibir keduanya. Hanya suara musik klasik yang bergema di mobil kecil itu, Naruto sengaja memilih memutar musik klasik pada audio di mobilnya, ia pernah mendengar dari Orochimaru bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan otak janin.

Sesekali ia menoleh ke samping kursi kemudinya, memastikan sang istri baik-baik saja. Jujur ia merasa menyesal telah mencium Hinata dengan sangat kasar, tapi itu satu-satunya cara yang terlintas di benaknya ketika emosinya sudah mendidih, ia tak mau tangannya melayang untuk menampar Hinata. Bagaimanapun Hinata tengah mengandung, ia sadar itu emosi wanita itu sedang labil, ditambah lagi dengan luka hati yang teramat dalam yang ia torehkan.

Mendapati Hinata terlihat terlelap, ia tersenyum tipis, satu tangannya yang tak memegang setir mengusak sekilas pucuk kepala Hinata, lalu beralih pada perut besar wanita itu. "Maafkan aku.... Aku benar-benar takut kau pergi dariku...."

Tanpa Naruto sadari, Hinata sebenarnya tengah terjaga, ia hanya memejamkan matanya. 'Dan aku tak akan pernah bisa menerimamu kembali, Namikaze-sama...'

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang