42. Perihal Riset dalam Menulis Cerita Fiksi

411 31 1
                                    

Materi: Perihal Riset Dalam Menulis Cerita Fiksi.
Tutor: Sugarluve

•••

Nah, malam ini aku bawa saran materi dari salah satu member, tentang riset. Sebenarnya aku nggak terlalu paham apa yang mau dia tanyain soal riset, tapi semoga ini membantu.

[Buat pemanasan, aku mau tanya, apakah nulis fiksi itu perlu riset?

Nah, menurut kalian gimana?

Kalo menurut aku, jelas itu perlu banget. Kenapa kita perlu riset untuk memulai suatu cerita? Jawabannya jelas supaya cerita kita masuk akal waktu dibaca. Kalian nggak mungkin bikin cerita tentang kedokteran tp prosedur operasinya kalian ngarang tanpa riset. Jelas karya kalian bakal di kritik habis-habisan. Kecuali, genre fantasy,  sebab genre ini emang membebaskan kalian untuk menuliskan hal nggak masuk akal sekali pun ke dalamnya.

Yang kedua, adalah supaya pembaca bisa lebih mendalami karakter yang kita buat. Kalian pernah lihat drama? Ada yang bahas soal hukum, kedokteran, pendidikan. Begitu juga dengan cerita yg kalian tulis. Menurut kalian apakah si penulis itu memang seorang yang bekerja di bidang hukum, kedokteran, dan pendidikan? Jelas nggak. Itu hasil dari riset mereka yang sukses.

Lalu gimana kriteria riset yang sukses?

Menurut aku, kalian bisa dikatakan sukses memasukkan hasil riset ke dalam cerita saat pembaca benar-benar mendalami karakter tersebut. Atau membuat pembaca berpikir kalian benar-benar berada atau ahli di bidang tersebut (bidang yang kalian riset). Intinya, kalian berhasil mengelabui pembaca.

Riset itu sebenernya gampang gampang susah kalo menurutku. Yang lebih susah adalah, memasukkan hasil riset kalian ke dalam tulisan. Aku sendiri kadang bingung gimana cara memaparkan itu ke dalam cerita aku.

Nah, daripada kelamaan, langsung aja kita bahas beberapa tips riset buat cerita kita:

1. Tentukan tema.
Buat memulai riset, kalian perlu menentukan tema dulu. Misal, cerita kalian temannya apa? Pendidikan? Politik? Kriminal? Dengan begitu kalian bakal lebih mudah menentukan harus mulai dari mana risetnya.

Kalo mau yang lebih gampang, kalian bisa mulai dengan profesi tokoh. Apakah tokoh kamu seorang atlet, jaksa, detektif, atau apa?

2. Mulai riset dari media yang kamu mau.
Jaman sekarang apa aja jadi gampang karena udh ada internet. So, kalian nggak perlu bingung mau riset gimn caranya.

Riset kalian bakal jadi lebih mudah karena tahap 1 udah kalian lakukan. Misal, aku mau nulis cerita yang profesi tokohnya bartender, maka aku bisa mulai riset aku dengan kata kunci :

"Pekerjaan bartender."

"Pengetahuan tentang bar."

"Minuman yang dijual di bar."

"Bagaimana cara membuat minuman di bar?"

3. Kalo perlu, perkuat informasi dengan media lain spt buku atau wawancara langsung, film juga bisa.

Spt yang kalian tahu, informasi di internet itu nggak semuanya benar. Jadi nggak ada salahnya kalo kalian perdalam riset kalian dengan media yang lebih pasti. Aku baca ini waktu lagi cari materi ini "penulis yang baik adalah pembaca yang baik." Aku pikir bener juga, sebab  banyak baca bisa memperdalam pengetahuan kita.

Aku nulis cerita "Awake" tentang astral protection setelah baca salah satu buku favorit aku, ditambah dengan riset yang memusingkan soal demonology. Nggak berhenti di sana, Aku wawancarain teman aku yang beda agama, sebab di sana dibahas lebih banyak tentang itu. Sayangnya, ada banyak hal yang belum bisa aku pahami.

Baru baru ini, Aku bikin cerita yang tokoh utamanya berprofesi sebagai bartender, udah pasti aku riset macem macem ke internet, tapi aku juga wawancara ke mama aku soalnya beliau pernah jadi bar captain.

4. Pintar pintarlah memaparkan apa yang kamu tahu dan tidak tahu.

Ini adalah solusi buat kalian yang senasib sama aku waktu nulis awake. Sudah riset sampe mumet masih belum paham juga, artinya kamu cukup mengakali pembaca. Nggak perlu mengungkapkan semua, cukup apa yang kamu tahu dan paham betul. POV 3 terbatas bakal membantu kamu dalam hal ini.

Jelaskan apa yang kamu tahu pada dialog, skip yang kamu nggak tahu dengan bumbu lain pada deskripsi. Misal penggambaran suasana, latar, atau gerak gerik tokoh.

5. Jangan bikin pembaca nunggu.

Dengan teknik nomer 4 tadi, kalian nggak perlu khawatir kalo belum paham betul bidang yang sedang kalian pelajari. Nyatanya, Aku yang cari info demonology sampe ke sana ke mari aja akhirnya cuma menuangkan beberapa yang benar benar berhasil aku pahami. Jangan keasikan riset sampe lupa kalau pembaca lagi nungguin kamu update. Nggak perlu semua kamu tuangkan, yang penting, penyampaian kamu bisa mencapai tujuan riset itu dilakukan.

•••

[QnA Time!]

1. Kalo cerita horor gimana? Perlu riset kah?

Tergantung. Riset itu nggak didasarkan sama genrenya sih kalo menurutku. Tp balik ke tema sama keseharian tokohnya, latar juga.

2. Misal nih aku udah ada draf cerita tapi masih ragu2, menurutmu apa aku harus riset lagi lebih jauh atau tetep publish dg riset seadanya??

Menurut aku nggak ada salahnya kamu riset lagi, selama itu nggak bikin pembaca nunggu terlalu lama. Siapa tau kamu dpt pemahaman baru.

••••

Tbc

Materi Kepenulisan ~Author Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang