Paginya andera tengah membantu mbok yatni menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Gadis itu nampak tenang dan tak terlihat raut kesedihan tentang kejadian semalam.Berbeda dengan danissa, pagi ini dia terbangun dengan wajah kusut dan kantung mata yang sedikit bengkak karena terlalu banyak menangisi kebodohannya dan tak bisa tidur nyenyak karena tak ada andera disampingnya.
Gadis bermata biru itu bangkit lalu masuk ke kamar mandi, menuntaskan rutinitas mandinya lalu bersiap dan turun ke meja makan.
"Pagi mah, pah, dara" sapa danissa dan langsung duduk di samping dara.
Stefan dan riyanti menatapnya selidik."Pagi sayang, kok mukanya kusut gitu?? Kamu abis nangis ya??" Andera yang baru saja turun terkesiap dengan ucapan riyanti.
"Engga kok mah" jawab danissa pelan. Matanya menangkap sosok gadis yang membuatnya menangis semalaman kini duduk di hadapannya tanpa menyapanya.
Andara, Stefan dan Riyanti mereka benar-benar dibuat heran dengan tingkah kedua gadis itu. Yang biasanya danissa selalu sarapan di suapi dera kini memilih makan sendiri dan dera yang biasanya terlihat ceria kini bungkam dengan wajah datarnya.
"Kalian ada masalah??" Andera juga danissa menoleh pada stefan lalu menggeleng lemah.
"Kalo ada masalah dibicarakan dengan kepala dingin jangan pake emosi. Papa gak mau ya kalian sampai menyesal nantinya" andera menundukkan wajahnya sementara danissa sibuk mengunyah roti canai buatan dera yang membuatnya sedikit senang karena dera masih ingat permintaannya kemarin yang minta dibuatkan roti canai.
"Hah.. apapun masalah kalian, besar atau kecil papa yakin kalian bisa melewati nya. Ingat sebuah hubungan harus dilandasi oleh kepercayaan"
Kini danissa tertegun dengan mulut sedikit terbuka. Andera menatapnya dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.
"Mah, pah dera pamit ya.. dera lupa belum nyalin tugas"
"Loh tumben?? Kamu belum makan sayang dan tunggu danissa dulu" andera menggeleng, dia mencium tangan stefan dan riyanti bergantian lalu mencium pipi tembem andara kemudian pergi begitu saja melewati danissa yang kini menunduk.
Stefan jengah, dia sedikit membanting garpu dan pisau di genggaman nya membuat yang lain kaget lalu menatap danissa tajam.
"Kejar andera! Minta maaf yang tulus dan perbaiki semuanya!" Tegasnya, danissa menatapnya seakan bertanya maksud dari ucapan sang ayah.
"Papa denger semua obrolan kalian semalam dan papa kecewa kamu meragukan kejujurannya danissa puteri !!"
"T-tapi pah.."
"Kamu sudah dewasa danis, kamu hanya harus menyelidiki apa yang dera sampaikan tanpa harus membuatnya terluka"
Danissa benar-benar tertampar oleh ucapan sang ayah. Stefan benar danissa harusnya bisa lebih menghargai kejujuran dera yang selama ini ia tunjukkan. Tak mungkin dera berbohong bahkan sampai melukai dirinya sendiri kan?.
"Pah, mah, dara danissa pamit" danissa berlari keluar rumah.
Stefan dan riyanti menggeleng kepala lalu tersenyum tipis."Dara sayang abisin makanannya ya" ucap riyanti yang menyadari andara tengah melamun. Dara mengangguk lalu kembali menyantap makanan nya.
Andera berjalan menyusuri trotoar kompleks megah ini menuju halte bus. Gadis itu menundukkan kepalanya dengan sebelah tangan yang ia masukkan ke saku blazernya.
Ucapan sang ayah terus berputar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Enemy! (GxG) (COMPLETED)
RomanceApapun tentang dia pokoknya gue benci TITIK -Danissa Putri Gue bukan gak berani, gue cuma mager aja! -Andera Rafasha GxG area ya! Mengandung unsur 18+ , gue gak tanggung jawab kalo kalian jadi gelisah ya! haha