32-Suddenly

31 16 0
                                    

"Bahkan dia pernah menitip rindu pada bias-bias jingga di telaga rasa"

♡♡♡

Holla teman-teman♡
Selamat menyelami rasa yaa.
Jangan lupa tinggalkan jejak : vote comment sekalian follow🤭
Makasih, sayang kalian banyak-banyak💚💚💚

♡♡♡

Semburat senja mencawang di langit sore. Semilir lembut menyapu ilalang di tepian sungai. Gadis itu berjalan dengan perasaan berdebar. Setelah sekian waktu,baru kali ini dia berhasil menyelinap keluar sendiri tanpa harus diantar atau diawasi oleh kakaknya.

Tanpa rencana, langkah kaki membawanya sampai ke tempat itu. Tempat yang beberapa waktu lalu sering dikunjunginya bersama Haechan. Sekedar untuk duduk dan bercengkrama sambil memandangi bias-bias cahaya di atas air sungai. 

Cho Min Ji menghentikan langkahnya. Memandangi riak-riak kecil yang disebabkan oleh sapuan angin. Helaan nafasnya jelas sekali menyiratkan kerinduan. Tak mau terlalu larut dalam sentimen itu, kakinya kembali melangkah menuju tempat duduk biasa yang mereka duduki.

Lagi, langkahnya tertahan. Debaran kecil tadi kini menggila di hatinya. Beberapa langkah di depan, di bangku itu kini telah duduk seseorang. Seorang pemuda yang beberapa minggu terakhir mulai masuk  ke dalam hidupnya. Ya, ini semata hanya kebetulan, tidak ada janji untuk situasi tersebut.

Dia tidak menyadari kehadiran Min Ji. Matanya mencawang pada bias jingga di atas air. Menatap kosong, seakan telah kehilangan minat terhadap apapun. Siapapun bisa tau bahwa pemuda tidak baik-baik saja. Min Ji menelan ludah kelu. Netranya terasa buram, menunggu waktu hingga bulir-bulir itu jatuh.

"Kak..."lirihnya pelan.

Suaranya terasa penuh sekat. Sekat antara ketegaran dan air mata.

"Min Ji"

Mata Haechan membulat. Berbinar seakan merasa hidup kembali. Desir angin sore itu menjadi saksi saat pemuda itu berlari penuh harap, memangkas jarak antara dia dan pujaannya.

Hitungan detik, direngkuhnya gadis itu dalam pelukan. Menumpahkan segala emosi yang sempat membuatnya sesak. Rindu ternyata bisa segila itu.

Min Ji tak pelak lagi sudah menjatuhkan bulir beningnya. Hatinya seakan meledak saat itu juga.

Haechan akhirnya melepas pelukannya. Lalu memperhatikan sekeliling dengan wajah waswas.

"Aku sendiri kok kak" gadis itu menjelaskan seakan mengerti pikiran pemuda itu.

Haechan tersenyum lega, lalu menatap obsidian si gadis yang basah.

"Jangan nangis"ujarnya sembari menghapus jejak air mata itu dengan jarinya.

Min Ji hanya tersenyum, sulit sekali untuk mengatakan beberapa kata di situasi itu.

"Kamu tau ga kenapa senja kali ini terasa hangat?"tanya Haechan tiba-tiba.

"Kenapa kak?"Min Ji mengerutkan keningnya.

"Karna mataharinya ada di sini"jawab Haechan dengan kedipan matanya.

"Apasii kak"Min Ji tertawa ringan mendengar celotehan picisan seperti itu.

Ya, senja saat itu terasa lebih hangat dari hari sebelumnya. Senyum mereka mengalahkan cerahnya langit sore itu.

Kini keduanya duduk di bangku biasa. Menatap bayangan langit di atas air. Bayangan saat malam bersiap merebut posisi senja.

"Kak, aku boleh nanya ga?"

Crush on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang