"Tentang dia yang mulai mengusik semestamu.
Mendebarkan, bukan?"♡♡♡
Waktu berlalu dengan cepat. Berbagai kejadian kecil terlewatkan, sekalipun ada beberapa yang tidak menyenangkan.
Choi Nari yang masih bertahan dalam sesak karena sikap posesif kekasihnya, ataupun Jaehyun yang bertarung dengan egonya. Kim Ara yang berusaha menemukan akal sehatnya, saat sang sahabat yang dipercaya malah menggandeng tangan sang musuh tepat di hadapannya. Pun dengan Jeno yang dilanda ledakan rumit dalam dirinya.
Tidak berbeda dengan Cho Min Ji yang kebingungan dengan usaha keras sang kakak untuk menjauhkannya dari si pemilik senyum terindahnya. Pun dengan Haechan yang berupaya memperjuangkan hati kecilnya.
Situasi rumit yang tak jauh berbeda dengan Shin Hyeri. Terjebak di antara perhatian-perhatian kecil dan sikap manis dari beberapa orang. Begitu juga hal nya dengan Byun Hana yang masih menjadikan seseorang sebagai semestanya, namun terlalu takut untuk berjalan beriringan. Pun dengan Doyoung yang menyadari bahwa rasa yang pernah diperjuangkannya ternyata lebih dari sekedar.
Luka-luka itu tanpa disadari selalu diiringi oleh penawarnya. Begitu juga sebaliknya, hal-hal manis yang datang juga selalu diiringi racun di belakangnya. Setidaknya itu akan membuat si perasa berproses dalam menulis kisahnya sendiri.
Seminggu berlalu sejak hari itu. Hari di mana tiba-tiba si penyuka buku itu menjemputnya ke rumah. Sekedar menghabiskan hari bersama, tertawa bersama di tengah dialog-dialog singkat yang cukup menggelitik, hingga pada akhirnya pada satu titik pemuda itu seakan menegaskan tentang betapa berharganya dia baginya.
Tentu saja Shin Hyeri dibuat melayang. Semestanya seakan disirami air menyegarkan di tengah musim panas. Debar-debar kecil selama ini terasa semakin jelas. Namun saat debar itu semakin menjadi, satu pertanyaan mengganggu pikirannya. Hubungan seperti apa yang ditawarkan oleh Kun padanya? Apakah itu ajakkan untuk berkencan? tetapi...bukahkah tidak ada pernyataan cinta yang jelas saat itu? Harus seperti apakah dia bersikap di tengah hati yang juga seakan menuntut lebih?
"Mbul, malah bengong. Kemasukan lalat noh mulut!"
Lucas menyenggol tangan kanan Hyeri yang dari tadi menopang dagunya. Gadis itu langsung dibuyarkan di tengah lamunan panjangnya. Lebih menyebalkan lagi saat kepalanya yang dari tadi dalam posisi nyaman ikut terganggu karena kehilangan topangan.
"Bangke lu!"rutuknya secara alami.
Lucas tertawa puas. Poin kesuksesannya dalam memancing amarah Hyeri semakin meningkat setiap hari. Ada kesenangan tersendiri baginya.
"Mikir apa sii lu? Dari tadi bengong gitu. Gue dianggurin teross"keluhnya kemudian.
"Kepo banget sii. Lah gue kan ga ngajak lu, lu nya aja yang ngeyel pen ikut"
"Lu ga bilang sii kalo mau ke perpus. Kan gue alergi buku"Lucas kembali misuh-misuh di tengah tumpukan komik yang di pilih Hyeri.
"Njiiir alergi buku. Pantesan lah yaa..."
"Pantesan apa? Jangan bilang lu mau bilang pantesan gue bego?"
"Lah itu tau. Tumbenan lu nyadar!"balas Hyeri dengan nada mengesalkan.
"Kampreet lu"rutuk Lucas lagi.
"E HEMMM" beberapa deheman yang cukup keras menghujani mereka. Disertai dengan beberapa pasang mata yang menatap tajam, memberi kode pada keduanya untuk tidak membuat keributan.
Keduanya langsung ciut dan mingkem. Tidak salah sih, saat ini mereka sedang berada di salah satu meja di sudut ruang baca pustaka kota.
"Lu sih ribut mulu"bisik Hyeri dengan tampang menggerutu pada Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You
RandomCerita di persimpangan asa dan nelangsa. Romansa dan tragedi seakan menanti untuk dipilih sebagai akhir.-