03-So Near

74 28 6
                                    

Tak tik tak tik tak.....
Hanya terdengar detak jam di dinding. Hening, membisu. Shin Hyeri terpaku dengan komik di tangannya. Bukan, dia tidak sedang menghayati bacaannya, bahkan tidak sedang membaca. Komiknya terbuka, tapi matanya menerawang menembus langit-langit kamarnya.

"Manis!" batinnya. Sedetik kemudian dia tersenyum geli. Lantas tersadar lalu tersenyum lagi. Siklus yang sama terjadi berulang kali.

Brak!!!
Pintu kamarnya terbuka. Ada seseorang di sana. Shin Hyeri terperanjat kaget.

"Apasiih kak, bikin kaget aja"protesnya dengan mata melotot.

"Pinjam komik dong" Haechan berjalan santai menuju rak buku adiknya dan mulai mengacak-acak tumpukan komik. Shin Hyeri memilih untuk tak mempedulikan dan kembali menyelami pikirannya. Entah apa yang salah, yang pasti dia tidak memiliki fokus yang cukup bahkan untuk sekedar membaca komik.

"Dek?" Haechan memanggil. Tak ada jawaban.

"Dek?" lagi-lagi hening.

"Woiilaa, DEK!!!"Haechan menggila dan berteriak di telinga sang adik.

Bugh!!!
Satu pukulan telak di lengan Haechan. Shin Hyeri melotot seolah-olah bola matanya akan melompat keluar.

"Nyantai aja kali manggilnya"Shin Hyeri menatap sinis.

"Yakali nyantai. Udah dari tadi dipanggil malah gg nyahut. Lo budeg yaa dek?" Haechan meradang memegangi lengannya yang kena pukulan. Hyeri hanya memutar bola matanya dengan raut kesal.

"Btw, lo kenapa dek? Kakak perhatiin dari tadi malah senyum-senyum enggak jelas gitu. Ngeri banget sumpaah" Haechan bergidik menggoda adiknya. Bukan apa, hanya saja Shin Hyeri adalah tipe gadis yang jarang tersenyum.

"E-enggak apa-apa kok" Shin Hyeri terbata menjawab. Wajahnya kembali merona merah mengingat sekelabat kejadian tadi siang.

"Nah loh, yakin enggak apa-apa. Merah merona gitu" Haechan semakin gencar.

"Yaa iya"Hyeri berusaha tenang.

"Ciee, lagi kasmaran yaa" Haechan tak kalah gencar.

"Apasiih. Keluar sana!!!"Shin Hyeri melempar sebuah bantal ke arah kakaknya. Wajahnya panas. Yang dilempar akhirnya lari meninggalkan kamarnya.

Kegilaan Haechan tidak berhenti sampai di situ saja. Di meja makan, di ruang keluarga, di taman belakang dan di semua tempat dimana Hyeri berada selalu ada Haechan yang datang menggodanya. Hasilnya tentu saja sudah jelas, pukulan maut di lengan kirinya.

"Pa, Ma tau enggak? Hyeri lagi kasmaran" lagi-lagi Haechan berulah saat mereka sedang santai di depan televisi. Shin Hyeri menatap tajam ke arah kakaknya. Tapi tak bisa disembunyikan, memang rona wajahnya terlalu ketara.

"Wah siapa dek?" Sunny, mamanya langsung merespon.

"Dia jago bakar daging enggak? Kalau jago ya udah papa restuin" kelakar Shindong, papa mereka. Mama dan kakaknya tertawa.

"Dia jagonya bakar hati Hyeri Pa"timpal Haechan. Sontak mereka tertawa lagi. Punya kakak satu, kekanakan banget njirrr. Hyeri mendumel kesal dalam hati.

"Iya, dia juga jago bakar bacotan lo kak" Hyeri tersulut.

Krik...krik...krik
Suasana menjadi dingin. Lawakan Hyeri selalu saja tidak cocok dengan keluarganya yang notabenenya adalah pelawak berkedok pengusaha.

"Ha-ha-ha" mereka merespon ucapan Hyeri dengan tawa ala robot. Maksa banget memang.

***
Tok...tok...tok

Crush on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang