48-The Guardian

21 3 3
                                    

" Di persimpangan ego dan rasa, banyak sempat yang terlewat, banyak ujar yang tak terucap"

♡♡♡

Dengan langkah tergesa, gadis itu menyusuri anak tangga. Aura dingin rumah itu masih sama seperti biasanya. Bahkan lorong panjang rumah itu hanya di sinari sebuah lampu yang agak redup.

"Santaai, santai. Semua bakal berjalan sesuai keinginan gua"Yeji mensugesti dirinya sendiri.

Setelah mendengar ada keributan di depan gedung tempat ia menyekap Hyeri, gadis itu dan temannya bergegas meninggalkan gedung melalui jalan belakang. Dia paham betul apa resiko jika ia dan temannya masih di sana. Prinsipnya adalah biarlah tangan orang lain berlumuran darah demi mencapai tujuannya. Dia sangat tidak ingin mengotori tangannya secara langsung.

"Yeji"

Langkah sunyinya terhenti. Secepat kilat dia menghadap sumber suara.

"Iya Pi" jawabnya dengan tenang.

"Ke ruangan papi sekarang!"titah orang yang diduga ayahnya itu.

"Oke"jawabnya ringan seraya mengikuti langkah lelaki paruh baya di depannya itu.

Di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja kerja yang cukup besar. Yeji duduk dengan tenang sambil menebak-nebak tujuan ia dipanggil.

Hwang Hyunsuk menatapnya cukup lama, sebelum akhirnya berbicara.

"Kamu sudah makan?"pertanyaan tak terduga.

"Hah? Ah iya udah Pi"gadis itu kebingungan namun tak mau ambil pusing.

"Bagaimana kuliah? Lancar?"

Yeji mengangguk. Sudah lama orang tuanya tidak menanyakan hal kecil seperti itu. Dan tentunya sudah lama dia tidak melihat wajah itu di rumah besar ini. Dia dapat kabar kalau ayahnya kembali menginjakkan kaki di Korea sore tadi.

"Papi cuma mau nanya itu?"ujar gadis itu merasa janggal.

"Trus apa lagi? Ada yang harus papi ketahui?"ujar laki-laki itu santai.

"Ah ga sih Pi"jawab Yeji dengan senyum tipis.

Hwang Hyunsuk tertawa.

"Kamu memang anak papi. Untuk satu alasan, papi punya harapan yang tinggi sama kamu"ujar ayahnya tiba-tiba.

Yeji hanya tersenyum dan mengangguk. Dia paham betul arti perkataan itu.

Suasana tenang itu sedikit terganggu. Ada langkah kaki yang memburu dari luar ruangan. Berakhir dengan pintu yang didobrak secara keras.

"Yeji!"

Seorang pemuda masuk dengan wajah tak terkendali. Ketegangan terlihat jelas di wajah itu.

Kedua orang di dalam ruangan terkejut. Mereka otomatis berdiri dari tempat duduk.

"Apasii lu kak!"bentak Yeji kesal diteriaki tiba-tiba.

"Lu yang apa-apaan!"balas Johnny terlihat geram.

"Kenapa sii, sambet lu?!"sergah Yeji.

Sementara ayah mereka hanya menyaksikan dengan mata dingin. Johnny mendekat ke arah adiknya. Lalu memegang kedua pundak gadis itu.

"Lu benar-benar udah keterlaluan!"ujarnya dengan mata penuh kekesalan.

"APASIH!" Yeji murka dan menepis kedua tangan kakaknya.

Johnny menatapnya sesaat, lantas menghela nafas.

"Cepat lu tarik mundur orang-orang Papi sebelum masalah jadi lebih besar!"titahnya kemudian dengan tegas.

Crush on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang