Perjuangan Aghata

172 22 3
                                    

CARA MENGHARGAI AUTHOR. YA DENGAN MEMBERI VOTE DAN KOMENTAR😁

HAPPY READING



Setelah menempuh perjalanan yang cukup menguras waktu hampir satu jam lebih, akhirnya Aghata bisa sampai ke rumah sakit dengan selamat, Aghata buru-buru masuk ke rumah sakit sampai ia lupa melepas Helem yang ada di kepalanya. Hampir semua orang menahan tawanya karna tingkah Aghata.

Aghata menghentikan langkahnya, merasa ada yang aneh, kenapa semua orang menatap dirinya sambil menahan tawa, apakah dirinya begitu lucu dan menggemaska sampai semua orang yang ada di rumah sakit menatap dirinya.

"Di dalem gak ada polisi ko. Neng, jadi gak bakal kena tilang." Ujar bapak-bapak yang melintas sambil menahan tawanya seperti yang lain.

Aghata tidak mengerti apa yang di maksud oleh bapak-bapak tadi, memangnya siapa yang bilang jika di dalam ada polisi, sebenarnya ini rumah sakit atau rumah sakit jiwa sih, aneh! Dengan santai Aghata melanjutkan langkahnya kembali menuju ruangan Nenek dan Kakeknya sampai akhirnya suara anak kecil menghentikan langkahnya kembali.

"Mamah-mamah, kakak itu kenapa? Ko pake helem cih?" Ujar anak kecil sambil menarik narik baju Ibunya.

"Gak tau mamah juga. Udah yuk."

Shit! Aghata memejamkan matanya kuat, akhirnya ia tau penyebab apa yang membuat semua orang melihatnya sambil menahan tawa, bukan karna ia lucu atau menggemaskan, tapi karna Aghata lupa membuka helem tadi, ini semua karna ia terlalu khawatir dengan keadaan kakek dan neneknya, sampai ia lupa melepas helemnya sendiri.

Aghata membuka helemnya dengan sedikit rasa kesal. Ia melirik ke semua orang yang melihatnya dengan jengkel sekaligus malu,  dan kenapa tidak ada yang memberi tahunya atau menegurnya. Aghata tidak akan peka jika kode yang di berikan cuma tatapan dan tawa yang di tahan.

"Dasar orang-orang tidak ber-pe-ri-ke-ma-nu-sia-an." Gerutu Aghata pelan dan langsung melanjutkan langkahnya dengan lebar tidak perduli dengan orang-orang yang menatapnya sambil geleng-geleng kepala.

Dan Akhirnya Aghata sampai di depan ruangan Nenek dan Kakeknya, kamar mereka bersebelahan. Aghata bisa melihatnya dari luar jendela.

Bisa di fikir ini adalah kali ke tiga Aghata menginjakkan kakinya di rumah sakit ini, dua hari sebelumnya, dirinyalah yang di rawat. Dan sekarang ia harus melihat orang yang sangat ia sayang terbaring lemah di ranjang rumahsakit.

Tak lama Dokter akhirnya keluar.

"Gimana kakek sama nenek saya dok?" Tanya Aghata cepat.

Dokter itu tersenyum ke arah Aghata.

"Nenek dan Kakekmu tidak apa-apa, lukanya juga tidak terlalu parah, hanya saja harus di rawa beberapa hari di rumah sakit." Jelas sang Doker.

Aghata menghela nafasnya pelan.

"Harus bayar yah dok?" Tanya Aghata asal.

Dasar Bodoh. Mana ada rumah sakit geratis. Kalo mau geratis ya harus punya BPJS lu kan gak punya.

Dokter itu terkekeh kecil atas celetukan yang Aghata lontarkan.

"Yaudah. Saya permisi dulu," ujar sang Dokter tanpa menjawab pertanyaa ngawur Aghata.

"Iyah. Dok, tapi saya boleh masuk kan?" Pinta Aghata.

"Sebaiknya jangan dulu. Biarkan nenek dan kakekmu istirahat."

Aghata kembali menarik nafasnya kasar," yaudah. Makasih. Dok!"

Dokter itupun pergi. Aghata duduk di kursi tunggu sambil merebahkan tulang punggungnya yang terasa pegal-pegal. Sesekali ia memikirkan biaya rumah sakit ini, uang dagangannya di sekolah tidak akan cukup. Belum lagi besok ada acara kemah. Sepertinya ia tidak akan ikut ke acara tersebut, toh nilai Aghata tidak pernah jelek kan? Cuma tidak mengikuti acara kemah bukan berarti beasiswa yang ia dapat harus di cabut. Iya kan?

AGHATA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang