Benci

127 11 0
                                    

♡Happy Reading

'Mulut manusia memang seperti itu, tajam dan menyakitkan'


Ssssreekkkk

Seorang gadis berambut sebahu itu membuka gorden jendelanya dengan penuh semangat, Mentari pagi yang muncul dari jendela itu langsung menyelimuti wajahnya hingga membuat gadis itu sedikit menutup matanya karna silau, perlahan ia melebarkan jendelanya, membiarkan udara segar dari luar menyelinap masuk ke dalam kamarnya, Gadis itu menarik nafasnya pelan, menghirup suasana di pagi hari, pandanganya kembali ia edarkan ke sekeliling penjuru kamar. Lengkungan indah yang tercetak dari sudut bibirnya begitu cantik, menandakan bahwa gadis itu sangat bahagia.

Setelah rasa cukup menikmati suasana itu, akhirnya ia berbalik untuk mengambil ransel miliknya, berjalan keluar kamar, menuruni tangga menuju meja makan, di sana sudah ada pria tampan dengan stelan jas hitam membuat kesan sempurna untuknya, perlahan gadis itu menghampirinya, dan duduk bersama, rasanya canggung sekali saat kita berada di ligkungan baru, dengan orang yang baru pula.

"Apakah tidur kamu nyeyak?!!" Tanya pria tampan itu.

"Iyah." Jawabnya.

Pria itu terkekeh kecil, ia memaklumi jika Adiknya itu masih merasa canggung,"Gak usah merasa canggung, Aghata. Aku ini kakakmu."

Aghata tersenyum lalu menganggukan kepalanya,"Aku cuma belum terbiasa aja ko kak hidup mewah seperti ini."

Agasa mengangguk,"Kamu harus terbiasa oke, kakak gak mau kamu merasa tidak nyaman di rumah ini."

"Aku masih enggak percaya kak." Aghata menatap Kakaknya itu dengan mata berkaca-kaca,"Aku pikir, aku udah enggak ada keluarga lagi selain Nenek, aku masih gak percaya kehidupan aku berubah sedrastis ini, bahkan saat bangun tidur tadi, aku merasa ini semua hanya mimpi."

Agasa tersenyum, lalu bangkit dari duduknya, menghampiri Adiknya dan membawanya dalam dekapan,"ini semua nyata, ini punya kita, kamu berhak bahagia, dan maafin Kakak karna Kakak baru jemput kamu sekarang, Kakak hanya ingin mencari waktu yang tepat, dan sekarang adalah waktu yang sangat tepat, Kakak sangat bahagia bisa bersama kamu lagi."

Agasa menarik nafasnya agar dirinya tidak ikut menangis, Agasa tidak bisa membayangkan bagai mana hidup adiknya dulu, Agasa tahu hidup di Jakarta tidak se enak yang banyak di fikirkan orang-orang, belum lagi faktor pembullyan, Agasa yakin, pasti Adiknya ini selalu di bully karna ekonominya. Ia sangat menyesal karna terlambat untuk membawa Aghata, hingga Adiknya harus merasakan hidup susah.

Agasa melepas pelukannya, menyentuh pundak Aghata pelan,"Adik Kakak yang cantik ini ternyata cengeng yah, belum puas apa kemaren nangis bombay..." Ucapnya menggoda Aghata.

Aghata mengulum senyumnya malu, lalu memukul bahu Kakaknya,"Ih... apaan sih, aku gak cengeng tau... Kakak juga kemaren nangis-nangis kaya cewe hahaha."Aghata ikut meledek Agasa.

Lelaki itu menarik hidung Aghata hingga membuat gadis itu kesakitan,"Huwaaaa...sakit tahu, lihat!!! Jadi merah kan!!" Aghata mengerucut bibirnya.

"Biar mancung, gak pesek."ucapnya yang di iringi tawa, sedangkan Aghata membulatkan matanya lalu memukul Agasa kesal.

"KETAWA AJA TEROSSS!!! GAK USAH SEKOLAH SEKALIAN."

AGHATA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang