Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
"Njaa, Nja marah?" tanya Pelangi dengan nada lembut.
Senja tetap diam fokus ke depan namun kali ini tatapannya ke arah Spion untuk melihat wajah Pelangi. "Nja, jawab ih jangan diem." Kesal Pelangi.
"Hm."
Pelangi berdecak gemas alias menahan kesal. "Sekalian aja gausah jawab!"
"Kok bisa bareng Zefan tadi pagi?" Tanya Senja cepat. Sial, padahal Pelangi sudah memajukan wajahnya ke punggung Senja namun tetap saja ia tidak terdengar.
"Ah? Apaan Nja?" Tanya Pelangi dengan suara lantang.
Pelangi mengangguk memikirkan jawabannya sebentar sengaja agar Senja menunggu jawabannya.
"Jawab woy." ketus Senja.
"Ih apansi, iya-iya aku jawab nih jadi gini tadi pagi kan Nja gabisa anter aku terus ada Zefan tiba-tiba dateng didepan rumah kebetulan dia telat makanya aku nebeng sama dia." jelas Pelangi.
"Oh."
Pelangi memutar bola matanya malas jawaban macam apa itu, dirinya sudah menjelaskan panjang lebar namun balasan senja hanya dua huruf alias satu kata.
"Zefan tau rumah kamu?"
Pelangi mengangguk. "Kayaknya aku lupa jelasin ke kamu, biar kamu ga salah paham nih jadi Zefan sama aku tuh satu komplek Nja, udah ya jangan marah." Jelas Pelangi tersenyum.
Senja tidak bisa menatapnya terus ke arah spion tatapannya kini fokus ke depan, Senyum tipis terukir di wajah Senja sayangnya senyumannya tidak bisa dilihat oleh siapapun karna dirinya memakai helm full face.
"Oh iya, kenapa tadi pagi gabisa anter aku? tanya Pelangi, Senja diam bukankah ia sudah menjelaskannya di line.
"Anter Celine." jawab Senja.
"Emangnya pak Toni ke mana?" Senja menghela napas, pertanyaan Pelangi sulit untuk dijawab tidak mungkin jika ia harus menjelaskan yang sebenarnya.
