23

6.6K 663 37
                                    

"Titip Naya yah, mau anterin dulu Yuri sampe depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Titip Naya yah, mau anterin dulu Yuri sampe depan." Pinta Aery pada Jisung yang sedang terlelap di atas kursi sofa dengan suara yang lembut dan lengan yang mengusap lembut kepala adiknya itu.

"Hm, iyah." Jawab Jisung kemudian kembali tidur karena Naya pun sedang tidur saat ini.

"Lain kali gue main ke apartemen lo deh. Si Naya juga seneng banget kayaknya ketemu gue." Ucap Yuri.

Mereka sudah sampai di depan loby rumah sakit. Namun apa yang dilihat Aery bukanlah hal yang bagus. Mingyu, pria itu berjalan bersama Heejin dengan raut wajah yang terlihat senang. Haruskah pria itu merasa senang setelah mengabaikan anak dan istrinya selama empat jam. Bahkan Aery belum mendapat balasan pesan dari pria itu.

Apakah pria itu sudah tidak menginginkannya? Atau memang dari awal pria itu tidak menginginkannya?

"Gue pamit. Kalo ada apa-apa telepon gue." Bisik Yuri, wanita itu pergi setelah memberi sapaan pada Mingyu dan Heejin.

"Sudah makan?" tanya Mingyu. Aery mengangguk dan tersenyum berusaha bersikap bahwa dia tidak mengetahui apa yang dilakukan pria itu selama dibelakangnya.

"Kebetulan aku bertemu Mingyu di halte, makanya kami bisa bersama kemari. Kamu tidak cemburu kan?" jelas-jelas mereka menutupi sesuatu. Apanya yang kebetulan, Aery melihat dengan mata kepala sendiri bahwa pria itu bersama Heejin dari awal. Bukan hanya kebetulan semata.

"Untuk apa cemburu?" Aery menghampiri Mingyu dan menggenggam erat lengannya, "aku percaya suamiku hanya mencintaiku. Benar kan?"

Mingyu tersenyum sambil membenarkan rambut Aery yang sedikit berantakan. "Tentu."

"Ponselmu mati yah?" tanya Aery selama berada di dalam lift.

"Hm, aku lupa membawa charger." Jawabnya. Sementara Heejin sibuk dengan ponselnya saat ini. Mungkin tengah mengirim beberapa pesan pada Mingyu.

Aery memang tidak pernah memainkan ponsel Mingyu. Tidak pernah tau dengan siapa saja pria itu berkomunikasi. Meskipun begitu, sejauh ini dia tidak pernah melihat Mingyu memainkan ponselnya. Ponselnya pun selalu tergeletak seakan tidak berguna.

Apa ini perasaan Aery saja dan terlalu melebih lebihkan sehingga membuat Mingyu menjadi pemeran utama yang bersalah? Namun, jika Mingyu memang berniat menemui Heejin pria itu bisa bilang padanya dan tidak usah berpura-pura tidak melihatnya saat di restoran cepat saji.

"Ada Jisung juga ternyata." Ucap Mingyu saat melihat Jisung tertidur di atas sofa.

"Mas sebenernya ada yang mau aku omongin." Ucap Aery.

"Kenapa?"

Aery menatap Heejin yang sepertinya tengah memperhatikan, "tapi ini urusan keluarga. Antara kamu dan aku, tidak ada orang ketiga."

***

Hari ini berlalu begitu saja, tidak ada yang spesial. Seperti sebelum-sebelumnya, Aery pergi ke kampus setelah itu pulang. Tapi hari ini ia ingin pergi menuju tempat bimbel terlebih dahulu karena sudah sangat lama tidak mengunjungi tempat itu. Disana adalah tempat pertama kali bertemu Naya, anak perempuan yang begitu ceria.

"Om!"

Seungcheol sudah kebal dengan wanita itu, "tumben kesini."

Aery menatap seluruh penjuru sudut ruang kantor, tidak ada yang berbeda. "Kamu gak kuliah emang?"

"Udah pulang, sengaja aja mampir." Jawab Aery, Seungcheol hanya ber'oh'ria. Pria itu tidak tertarik dengan keponakannya yang datang tiba-tiba hari ini. Seungcheol hanya fokus mengurus keuangan tempat bimbel yang dia miliki. Meskipun sebenarnya Seungcheol merupakan seorang pemilik perusahaan dibidang makanan ringan.

"Rumah tangga kamu baik-baik aja kan?" Aery mengernyit, mengapa Seungcheol bisa menanyakan hal demikian.

"Baik-baik aja."

"Kalo Mingyu macem-macem sama kamu, bilang aja. Jangan harap dia bisa hidup tenang saat itu juga."

Entah kenapa, semua perkataan Seungcheol memang seperti tengah menyindir kehidupan rumah tangganya. Setelah kejadian kemarin, Mingyu bahkan tidak menjelaskan apa-apa lagi. Pria itu hanya membicarakan soal Naya dan Skripsi yang tengah dijalankan oleh Aery.

"Gak mungkin aneh-aneh lah, ada Ayah sama Bunda ada Mama sama Papa juga. Om tenang aja, keponakanmu yang cantik jelita ini pasti bahagia hidupnya." Jelas Aery penuh percaya diri.

"Permisi." Aery menoleh ke arah sumber suara. Pria itu, Guanlin. Dengan seorang gadis kecil tengah menggenggam lengannya. Apa mungkin itu anaknya? Tidak. Tapi kenapa sangat mirip?

"Eh ada Aery juga." Sapa Guanlin saat mengetahui keberadaan wanita itu.

"Lo ngapain disini?"

"Gue mau daftarin keponakan gue buat bimbel disini. Boleh kan?" tanya Guanlin, pertanyaan yang tidak efektif. Sudah jelas jawabannya masih saja ditanyakan.

"Oh boleh." Aery langsung mengurus segala persyaratan yang akan diajukan kepada wali dari murid yang akan menjalani bimbel.

"Ngomong-ngomong, lo kerja disini?" tanya pria itu sambil mengisi biodata peserta didik.

"Punya Om gue, cuman bantu-bantu aja. Tuh orangnya malah sibuk pacaran." Tunjuk Aery saat melihat Seungcheol tengah melakukan video call dengan kekasihnya.

"Pak Mingyu kemana?" tanya Guanlin.

"Di rumah sakit lah, ngurus anak. Masa iya harus gue bawa kesini juga." Jawab Aery.

"Lo berdua udah punya anak?!"

Sungguh situasi yang sangat, entahlah. "Anak sama istri pertamanya dulu."

"Jadi Pak Mingyu itu duda?!"

Semua orang tau itu. Lalu kenapa Guanlin begitu ketinggalan informasi?

***

Pemandangan ini lagi.

Aery baru saja kehilangan mood-nya karena Guanlin terus mengganggunya saat di tempat bimbel barusan. Sekarang dia harus kehabisan mood baik setelah melihat seseorang di dalam sana.

Heejin.

Mingyu bilang dia hanya teman dekatnya sejak lama. Tapi mengapa? Hari ini dia melihat Heejin tertidur dengan kepala bersandar di paha Mingyu.

Haruskah dia cemburu? Haruskah Aery masuk ke dalam dan bertingkah seolah dia sedang memergoki suaminya selingkuh? Aery sudah pernah merasakan yang namanya orang ketiga dalam hubungannya dengan seseorang dulu. Lalu haruskah dia merasakannya kembali?

Aery memilih menunggu di luar ruangan dan duduk di kursi yang tersedia disana. Dia tidak mau mengacaukan semuanya.

Siapa yang tau kalau mungkin Aery yang menjadi orang ketiga dalam hidup Mingyu dan Heejin.

Tidak akan ada yang tau kalau Aery adalah alasan mengapa Mingyu dan Heejin tidak bisa bersatu dalam sebuah ikatan yang seharusnya terjalin lebih jauh diantara mereka.

Haruskah Aery mundur pada saat pernikahannya belum genap dua bulan?

***

To be continue.

Gue pikir kalo apdet di jadwal bisa efektif tapi malah bikin gue tertekan krn dipaksa mikir:(

Sorry kalo ceritanya engga kalian suka:(

[✓]My Lecture My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang