[✓]My Lecture My Husband

28

"Bunda."

Aery membalikan tubuhnya, ia menatap Naya yang sedang memasang wajah sedih. Bahkan ada bekas air mata di pipinya, dan hal yang membuat Aery terkejut setengah mati adalah rambut yang rontok. Anak itu memperlihatkan betapa rapuh rambutnya itu.

Dokter sudah memperingati mengenai hal ini. Semua orang tau kalau menjalani kemoterapi akan mendapat efek samping seperti rontoknya rambut. Dan jujur, melihat keadaan Naya seperti ini membuat Aery sakit. Dia ingin sekali menangis namun jika dia menangis, siapa yang akan menguatkan anaknya?

"Sayang kenapa nangis?" tanya Aery sambil menarik Naya ke dalam pelukannya.

"Rambut Naya kenapa gini, Bun? Kemaren baik-baik aja." Ucap anak itu sambil sesegukan dan berusaha menarik ingus yang hampir keluar dari hidungnya.

"Mungkin shampo yang dipake gak cocok?" Aery mencoba mencari alasan, dia juga mencabut beberapa helai rambutnya, "lihat tuh, Bunda juga rontok. Nanti kita ke supermarket buat beli shampo yah? Kayaknya shampo yang kemarin gak cocok sama kita."

Naya si gadis polos hanya mengangguk dan percaya atas omongan Bundanya. Dia membuang rambut rontoknya ke dalam tong sampah dan kembali memasuki kamarnya.

Hati Aery sakit bukan main, dia bukan ibu kandung Naya tapi melihat anak itu begitu kesulitan dia tidak bisa diam begitu saja.

"Ah, kuenya."

Aery sampai lupa kalau dia sedang membuat kue. Hari ini dia baru saja membeli buku resep masakan baru dan mencoba salah satu resep di dalamnya.

"Kira-kira Mas Mingyu suka gak yah?" tanya Aery sambil membayangkan bagaimana wajah suaminya saat memakan kue buatannya.

Untuk percobaan pertama, memang tidak sempurna dan masih terdapat kekurangan. Namun masih layak untuk dimakan.

Aery memotong kue tersebut menjadi delapan bagian. Tiga potong untuk di rumah, dua potong untuk rumah orang tuanya, dua potong lagi untuk rumah mertuanya, sisanya satu potong lagi. Aery pikir akan memberikan kepada tetangganya saja. Ah tidak, untuk Siera! Dia akan menitipkannya pada Jisung untuk diberikan pada gadis itu.