02

12.1K 1.2K 73
                                    

Aery semakin canggung rasanya berada di dekat Mingyu dengan jarak sedekat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aery semakin canggung rasanya berada di dekat Mingyu dengan jarak sedekat ini. Image kejam dan judes yang tertanam dalam diri Mingyu sudah sangat terpampang jelas dalam dirinya. Apalagi Mingyu itu adalah dosen Aery, sekaligus dosbim yang hari ini membuat moodnya sedikit turun.

"Saya kira kamu bukan anak tante Irene." Ucap Mingyu sambil menjulurkan kopi panas dan dudu dihadapannya.

Entah kenapa Aery masih tidak bisa membalas ucapan Mingyu. Ia masih bingung dengan situasi yang tengah terjadi saat ini. Sedangkan Mingyu dengan santainya menyeruput kopi panas miliknya itu seolah dia tidak peduli dengan situasi yang tengah menerpa keduanya. Kedua orangtua Aery memang pernah mengatakan soal perjodohan namun Aery tidak pernah tertarik dan juga tidak mau tau siapa orang yang akan dijodohkan dengannya. Dan rupanya, tuhan membuat Pak Chanyeol mengundurkan diri agar dirinya bisa bertemu dengan Mingyu. Karena sebelumnya ia selalu menolak bertemu dengan calon suaminya itu.

"Saya mengerti mungkin kamu shock atas semua ini. Tapi saya sudah tau dengan siapa saya akan dijodohkan, tapi tidak pernah tau bagaimana rupanya. Saya sudah menduga Aery yang menjadi mahasiswa bimbingan saya itu adalah calon istri saya." Ucap Mingyu. Aery hanya menatap Mingyu tanpa ekspresi.

"Saya tidak mengerti dengan apa yang bapak katakan. Tapi bisakah bapak bilang pada orang tua bapak kalau bapak tidak setuju dengan perjodohan ini?" tanya Aery.

Mingyu terdiam. Dia tengah berfikir keras saat ini. "Saya tidak tau, Naya yang akan memutuskannya. Saya sudah berdiskusi dengannya kalau Naya setuju dengan ibu barunya maka saya tidak bisa menolak." Jawab Mingyu.

"Tapi ini bukan suatu hal yang harus di tentukan oleh anak berusia enam tahun. Ini tentang masa depan saya." Ucap Aery.

Mingyu berdiri dari tempat duduknya. "Sebaiknya kita kembali ke ruangan Naya. Mungkin dia sudah bangun, Mama dan tante Irene sudah pulang. Barusan mereka mengirim pesan." Ucap Mingyu kemudian berjalan meninggalkan Aery yang masih tidak percaya dengan apa yang ia alami saat ini.

"Pak, saya serius dengan ucapan saya." Ucap Aery sambil terus berjalan mengekori Mingyu.

"Saya juga serius dengan ucapan saya." Ucap Mingyu tanpa menoleh atau berhenti dari jalannya.

Mereka berdua memasuki lift. Lift itu kosong, dan Aery masih terus mengoceh. "Tapi bapak tidak boleh bersikap egois." Ucap Aery.

Mingyu menoleh dan tiba-tiba saja mendekat dan membuat Aery berjalan mundur sampai punggungnya menyentuh bagian dari tembok lift. Aery tidak suka tatapan itu, tatapan saat ia kena semprot Mingyu tadi siang di kampus.

"Kamu boleh memutuskan saat kamu menghabiskan waktu bersama Naya. Saya mencari ibu untuk Naya, bukan mencari istri. Saya hanya ingin wanita yang mendampingi saya menyayangi Naya juga bukan hanya mau dengan ayahnya." Ucap Mingyu.

Ting.

Pintu lift terbuka dan Mingyu langsung keluar dari dalam sana. Meninggalkan Aery yang masih terdiam dengan seribu tanda tanya dikepalanya. Sampai akhirnya Aery kembali mengikuti Mingyu saat pintu lift benar-benar akan tertutup rapat.

[✓]My Lecture My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang