08

9.7K 1K 103
                                    

Bak disambar petir di siang bolong, dada Mingyu rasanya sakit bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bak disambar petir di siang bolong, dada Mingyu rasanya sakit bukan main. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dan menekan dadanya. Mingyu ingin menangis tapi dia tidak boleh terlihat rapuh. Semuanya demi putri kesayangannya, Kim Naya. Begitupun dengan Aery, dia bahkan menangis saat mendengar penuturan dokter.

"Apa? Bisa tolong katakan sekali lagi?" pinta Mingyu yang masih tidak percaya dengan ucapan dokter.

"Naya mengalami Leukemia stadium awal, dia termasuk orang yang beruntung karena kita mengetahuinya lebih awal jadi kita bisa mengobatinya sebelum sel kanker itu menyebar." Ucap dokter membuat Mingyu hendak terjatuh kalau saja Suzy tidak menomoangnya.

"Naya bisa sembuh kan, dok?" tanya Aery di sela tangisannya.

"Kita berdoa saja. Hanya beberapa persen orang yang berhasil menyembuhkan kanker mereka. Kalau begitu saya permisi." Ujar dokter tersebut. Suzy langsung menghampiri Naya di atas bangkarnya.

"Ini semua salah saya." Gumam Mingyu setelah terduduk diatas kursi. Pria itu menutup seluruh wajahnya dan merutuki dirinya sendiri. "Saya tidak becus mengurus Naya."

"Itu bukan salah bapak, ini semua sudah diatur oleh tuhan. Kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Naya. Saya tau dia anak yang kuat, Naya pasti sembuh." Ucap Aery mencoba menenangkan Mingyu. Bagaimana tidak, Naya merupakan anak satu-satunya dan sekarang dia terkena kanker darah.

"Saya masuk dulu." Ucap Aery setelah menghapus air matanya kemudian masuk ke dalam ruangan Naya.

Gadis kecil itu masih tertidur di atas bangkar dengan sebuah jarum tertancap di lengannya. Aery menatap Suzy yang diam-diam menyeka air matanya.

"Tante." Panggil Aery. Suzy segera menghapus air matanya dan menatap Aery sembari tersenyum.

"Eh, Aery. Panggil Mama aja, nanti juga kamu jadi menantu Mama." Titah Suzy, Aery hanya mengangguk mengiyakan.

"Naya anak yang kuat." Gumam Suzy sambil mengelus kepala Naya. "Kamu tau soal Jane?" tanya Suzy. Aery mengangguk, sedikit terkejut karena calon mrrtuanya itu mengetahui tentang Jane.

"Mama sendiri bahkan baru tau soal Jane akhir-akhir ini. Saat Naya dititipkan di rumah Mama, dia gak mau dimandikan atau dipakaikan baju padahal biasanya Naya paling suka dimandikan. Mama kira dia mulai malu karena beranjak besar, tapi suatu hari Mama menemukan luka di bagian punggung dan bahunya saat Naya tertidur. Mama kaget, jadi Mama mencoba bertanya sama Naya. Anak itu cuman geleng-geleng. Mungkin takut. Sampai akhirnya Mama nanya ke Mingyu soal ini. Dan ternyata semua karena Jane." Ujar Suzy.

Aery sudah tau semuanya. Jane memang memperlakukan Naya dengan kasar. Entah apa yang sudah Jane katakan pada Naya sampai gadis kecil itu tidak mau mengadu pada Mingyu atau pada kakek dan neneknya.

"Kamu sudah makan?" tanya Suzy. Aery menggeleng pelan. "Kamu cari makan gih, ajak Mingyu juga kasian dia belum makan." Titah Suzy.

"Mama mau dibelikan apa?" tanya Aery yang masih ragu untuk memanggil Suzy dengan sebutan 'Mama'.

[✓]My Lecture My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang